go green

Sabtu, 04 November 2017

TUGAS WIDYAWISATA BAHASA INDONESIA

GOES TO CAMPUS BANDUNG DAN YOGYAKARTA


NAMA:

DHARMA PUTRA SATRIA
M.SAWGI
   

SMAN 8 KOTA 
TANGERANG SELATAN

2009 -2010


1. Kampus IPDN
2. Kampus UNPAD
3. Kampus UGM
4. Kampus UNY
5. Kampus UNS
6. Kampus UNDIP
7. Sejarah Candi Borobudur
8. Sejarah Candi Prambanan

CAMPUS IPDN

         Sejarah IPDN bermula dari urgensi akan kuantitas dan kualitas aparat pemerintahan dalam mengisi tampuk kepemimpinan pemerintahan Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaanya. Mengingat saat itu tidak banyak kader-kader pemerintahan yang mempunyai kompetensi di bidang pemerintahan dan kepemimpinan, maka Departemen Dalam Negeri memprakarsai berdirinya Sekolah kepamongprajaan. Melalui SK Mendagri No. Pend. 1/20/565 tanggal 24 September 1956, secara resmi dibangun Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang terletak di Malang, Jawa Timur.
         Seiring dengan kemajuan pembangunan bangsa Indonesia, kebutuhan negara akan aparatur pemerintahan yang berkualitas tidak dapat dielakkan. Berdirinya APDN malang kala itu tidak mampu menyediakan kader-kader pemerintahan dalam negeri di seluruh pelosok nusantara. Oleh karena itu sejak tahun 1965 satu demi satu APDN didirikan di berbagai provinsi. Hingga tahun 1970 telah berdiri 20 APDN yang tersebar di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Tanjung Karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Kupang, Ujung Pandang, Menado, Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, dan Jayapura. Hingga tahun 1991, APDN telah menghasilkan 27.910 Alumnus.
        Kebutuhan akan aparatur pemerintahan negara yang berkualitas semakin tinggi sejalan dengan pembangunan negara. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kompetensi aparat pemerintahan negara, pemerintah membangun sekolah pamong praja dengan status pendidikan yang lebih tinggi sebagai wadah pendidikan lanjutan bagi lulusan APDN. Pada tanggal 25 Mei 1967 didirikan Institut Ilmu Pemerintahan (IIIP) di Malang, yang kemudian di pindahkan ke Ibukota Negara pada tahun 1971.
         Tersebarnya APDN di seluruh nusantara menimbulkan permasalahan baru, antara lain yang paling kontroversi ialah tidak meratanya kualitas dan profesionalisme lulusan APDN satu dengan lainnya. Maka untuk menyeragamkan pola pendidikan APDN dikeluarkanlah Keputusan Mendagri No.38 Tahun 1988 tentang pembentukan APDN Nasional yang dipusatkan di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
         Berdiri diatas lahan seluas 280 Hektar, APDN Nasional diresmikan pada tanggal 18 Agustus 1990 oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Rudini. Selanjutnya dengan Keppres No.42 Tahun 1992 tentang pendirian Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STDPN) dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 18 Agustus 1992. Waktu itu STPDN menyelenggarakan Program studi diploma III. Memasuki tahun 1995/1996, program studinya ditingkatkan menjadi diploma IV melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 89 Tahun 1996.
        Hingga tahun 2003, Departemen Dalam Negeri memiliki dua sekolah tinggi kedinasan, yaitu STPDN Jatinangor dan IIP Jakarta. Perbedaan mendasar antara STPDN dengan IIP adalah pada fokus kajian pendidikannya. STPDN dengan program Diploma IV menekankan pada penerapan ilmu pemerintahan, sehingga diharapkan lulusannya menjadi tenaga pemerintahan siap pakai, sedangkan IIP lebih menitikberatkan pada ilmu murni (pure science) dengan harapan lulusannya mampu menjadi ilmuwan pemerintahan.
        Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, maka pada tanggal 1 April 2004 STPDN dan IIP dilebur menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dengan peleburan ini, IPDN menyelenggarakan program pendidikan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah. Adapun program pendidikannya meliputi diploma, spesialis, sarjana, magister.
        Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) merupakan Sekolah Tinggi Kedinasan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri. Tujuan Pendidikan IPDN adalah membentuk manusia susila yang cakap, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memunyai keinsyafan untuk bertanggung jawab terhadap kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya, untuk memangku jabatan pimpinan pemerintah di lingkungan Departemen Dalam Negeri.
Kampus/Ksatriaan IPDN terletak di Jatinangor, Sumedang - Bandung. Berada di kaki gunung Manglayang, kampus IPDN yang memiliki luas
        wilayah total 208 Hektar merupakan tempat strategis untuk mencetak kader-kader pemimpin bangsa masa depan. Keunggulan IPDN sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan antara lain status PNS yang diperoleh ketika dinyatakan diterima sebagai mahasiswa(praja) IPDN, yang berarti pula memperoleh gaji sejak mengikuti pendidikan di IPDN, fasilitas asrama, makan, listrik, laundry, pakaian dinas yang semuanya dibiayai oleh negara, selain itu penempatan tugas bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan akan dikembalikan ke kabupaten/kota tempat mahasiswa (praja) tersebut mendaftar.
       Sebagai perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Departemen Dalam Negeri, Institut Pemerintahan Dalam Negeri berada langsung di bawah Badan Diklat Depdagri. Menampung lebih dari 5000 mahasiswa tiap tahunnya, IPDN memiliki visi “ Unggul Dalam Menyiapkan Kader Pimpinan Pemerintahan Dalam Negeri yang Profesional, Demokratis dan berwawasan Kenegarawanan”.
       Adapun misi IPDN ialah "Meningkatkan Kualitas Peserta didik sesuai dengan tuntutan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang berwawasan budaya dan lingkungan serta meletakkan landasan pembentukan watak dan kepribadian, nilai-nilai agama, budi pekerti luhur, wawasan dan jiwa kebangsaan serta penguasaan IPTEK"
       Sejak tahun 2004 lembaga perguruan tinggi kedinasan ini telah menyandang status yang ‘lebih’ dibanding perguruan tinggi kedinasan manapun. Hal ini dibuktikan dengan menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi kedinasan yang menjalankan program Strata Satu (S1) dengan akreditasi oleh Departemen Pendidikan.
       Dengan segala bentuk keunggulan dan fasilitas tersebut diharapkan Institut Pemerintahan Dalam Negeri mampu mencetak kader-kader pimpinan pemerintahan yang profesional demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di masa depan.
  • Didirikan 1990 Jenis: PerguruanTinggiKedinasan
  • Rektor: Johanis Kaloh (penjabat)
  • Lokasi: Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
  • Ruang kuliah: luas ruangan seluruhnya 8.820 m2 (64 ruangan yang terdiri dari 8 ruang besar dan 56 ruang kecil)
  • Perpustakaan: luas ruangan 400 m2, koleksi 1947 judul, 48.375 eksemplar
  • Laboratorium: luas ruangan seluruhnya 800 m2, laboratorium terpadu (komputer, bahasa, dan pemerintahan)
  • Lembaga penelitian: ada ruangan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (100 m2)
  • Kegiatan mahasiswa: ada ruangan untuk kegiatan mahasiswa (720 m2). Untuk memberikan latihan praktik mengembangkan kemampuan kepemimpinan Praja disusun Organisasi Korps Praja, disebut Wahana Bina Praja merupakan senat mahasiswa IPDN, Wahana Bina Praja mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja-nya disesuaikan dengan Organisasi
  • Fasilitas lain: ruang seminar/ workshop (1.142 m2), ruang olahraga (1.656 m2), ruang studio (500 m2), ruang komputer (200 m2), ruang serbaguna/aula (3.306 m2), asrama mahasiswa (39.300 m2), Sarana dan Prasarana Pendidikan berupa ruang kantor, gedung menza (ruang makan), asrama (wisma praja), workshop, kamar sakit asrama, lapangan dan gedung olah raga, tempat peribadatan, gedung serba guna, lahan latihan pertanian dan perikanan, fasilitas untuk perbankan, koperasi, dan lain-lain.
  • Fasilitas khusus: ruang perkantoran untuk operasional kegiatan pegawai IPDN, komplek perumahan pejabat dan dosen fungsional IPDN sebanyak 96 unit, asrama pengasuh sebanyak 1 unit, asrama Praja sebanyak 30 asrama, poliklinik Praja dan pegawai IPDN sebanyak 1 unit.
  • Fasilitas umum: tempat ibadah (1 buah mesjid, 1 buah gereja Katolik, 1 buah gereja Protestan, 1 buah pura), tempat olahraga, 5 lapangan tenis, 1 lapangan sepakbola, 1 lapangan bulutangkis, 1 lapangan basket, 1 lapangan squash, 1 lapangan voli, Fitness Centre , Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Wartel Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Bank Pembangunan Daerah Cabang Pembantu IPDN.

Sejarah singkat



Pintu Gerbang

Upacara Bendera

Lapangan Parade
       Berawal dari didirikannya Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Malang Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1956 berdasarkan SK Mendagri No.Pend. 1/20/565 tanggal 24 September 1956 dengan Direktur Pertama dr. Raspio Woerjadiningrat. Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kader aparatur pemerintah di tiap daerah, maka sejak tahun 1965 satu demi satu didirikan APDN di berbagai provinsi dan pada tahun 1970 telah berdiri 20 APDN di seluruh Nusantara, lokasi-lokasi APDN tersebut adalah di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Tanjung Karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Kupang, Ujung Pandang, Manado, Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, dan Jayapura.
        Sampai dengan tahun pendidikan 1991 yaitu tahun alumnus berakhimya operasi APDN di daerah-daerah telah menghasilkan 27.910 orang, yang penempatannya tersebar di 27 Propinsi. Kini para alumninya sudah mengembangkan diri untuk pendidikan selanjutnya dan pada umumnya sudah menduduki jabatan teratas di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Untuk menyamakan pola pendidikan APDN dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun 1988 tentang Pembentukan APDN yang bersifat Nasional yang dipusatkan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat. Dalam proses perkembangan selanjutnya dikeluarkan Keputusan Presiden No.42 Tahun 1992, yang mengubah APDN menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri disingkat menjadi STPDN. Bagi lulusan Program D-IV STPDN berhak menyandang gelar "SSTP" (“Sarjana Sains Terapan Pemerintahan”). Lulusan atau alumni STPDN diharapkan memiliki tiga kompetensi dasar yaitu:
  • Kepemimpinan (Leadership),
  • Kepelayanan (Stewardship),
  • Kenegarawanan (Statemanship).
       Setelah terjadi kasus kekerasan pada praja Wahyu Hidayat yang menyebabkannya meninggal dunia, pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri akhirnya memutuskan melebur Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) dalam wadah baru bernama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pada tahun 2005. Perubahan yang diatur Keppres Nomor 87/2004 tentang Penggabungan STPDN dan IIP dan Permen Dalam Negeri No. 29 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN, sebenarnya sudah dirancang sejak 1998 karena ada aturan yang membatasi setiap departemen hanya memiliki satu pendidikan kedinasan.
       Pada 10 Oktober 2007, IPDN kembali diubah menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), namun IIP yang baru ini tidak akan hanya mempunyai kampus di Jatinangor, melainkan juga di beberapa daerah lain seperti Bukittinggi (Sumatera Barat), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Mataram (Nusa Tenggara Barat). IIP juga akan berbeda dari IPDN dari segi sistem pendidikannya, meskipun pada saat keputusan perubahan ini diambil sistem pendidikan yang baru tersebut belum diatur secara dirinci.[1] [2]

Fasilitas kampus


Jalan Abdi Praja

Ruang Makan
  • Ruang kuliah: luas ruangan seluruhnya 8.820 m2 (64 ruangan yang terdiri dari 8 ruang besar dan 56 ruang kecil)
  • Perpustakaan: luas ruangan 400 m2, koleksi 1947 judul, 48.375 eksemplar
  • Laboratorium: luas ruangan seluruhnya 800 m2, laboratorium terpadu (komputer, bahasa, dan pemerintahan)
  • Lembaga penelitian: ada ruangan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (100 m2)
  • Kegiatan mahasiswa: ada ruangan untuk kegiatan mahasiswa (720 m2). Untuk memberikan latihan praktik mengembangkan kemampuan kepemimpinan Praja disusun Organisasi Korps Praja, disebut Wahana Bina Praja merupakan senat mahasiswa IPDN, Wahana Bina Praja mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja-nya disesuaikan dengan Organisasi PemerintahanWilayah/Daerah. Pelabat-pejabat Korps disebut Gubernur Praja, Bupati/Walikota Praja, Camat Praja dan Kepala Desa/Kelurahan Praja dilengkapi dengan sekretariat masing-masing. Juga terdapat berbagai Unit Kegiatan Praja (UKP), yaitu: Drum band Gita Abdi Praja, Gerakan Pramuka, Wapa Manggala, Majalah Abdi Praja, Teater Persada, SAR, Sanggar Seni Praja, Informatika dan Komputer, Klub-klub Olahraga, dan lain-lain
  • Fasilitas lain: ruang seminar/workshop (1.142 m2), ruang olahraga (1.656 m2), ruang studio (500 m2), ruang komputer (200 m2), ruang serbaguna/aula (3.306 m2), asrama mahasiswa (39.300 m2), Sarana dan Prasarana Pendidikan berupa ruang kantor, gedung menza (ruang makan), asrama (wisma praja), workshop, kamar sakit asrama, lapangan dan gedung olah raga, tempat peribadatan, gedung serba guna, lahan latihan pertanian dan perikanan, fasilitas untuk perbankan, koperasi, dan lain-lain.
  • Fasilitas khusus: ruang perkantoran untuk operasional kegiatan pegawai IPDN, komplek perumahan pejabat dan dosen fungsional IPDN sebanyak 96 unit, asrama pengasuh sebanyak 1 unit, asrama Praja sebanyak 30 asrama, poliklinik Praja dan pegawai IPDN sebanyak 1 unit.
  • Fasilitas umum: tempat ibadah (1 buah mesjid, 1 buah gereja Katolik, 1 buah gereja Protestan, 1 buah pura), tempat olahraga, 5 lapangan tenis, 1 lapangan sepak bola, 1 lapangan bulutangkis, 1 lapangan basket, 1 lapangan squash, 1 lapangan voli, Fitness Centre, Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Wartel Koperasi Pegawai “Abdi Praja”, Bank Pembangunan Daerah Cabang Pembantu IPDN.

Program pascasarjana

Latar belakang

        Program studi di STPDN yang semula berupa Diploma III sejak Tahun Akademik 1995/1996 ditingkatkan menjadi Program Diploma IV. Berdasarkan persetujuan Ditjen Perguruan Tinggi Nomor 1910/D/T/96 Tahun 1995 tentang Persetujuan Program D-IV STPDN dan KEPMENDAGRI No. 89 Tahun 1996 tentang Kurikulum Pendidikan D IV STPDN, dilaksanakan Program Kurikulum D-IV dengan Bidang Studi Pemerintahan. Lulusannya mendapat sebutan sebagai Sarjana Sains Terapan Pemerintahan (SSTP) dengan Pangkat Penata Muda Golongan III/a.
        Seiring dengan tuntutan kebutuhan sumber daya manusia berkualitas di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, STPDN segera merespons dengan membuka Program Pengembangan Pendidikan Magister (S2). Pendidikan Program Magister Administrasi Pemerintahan Daerah (MAPD) didasarkan atas surat izin Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No. 3765/D/T/2000 Tanggal 20 Oktober 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 429-373 Tahun 2001 Tanggal 18 September 2001 tentang Penyelenggaraan Program Pascasarjana di lingkungan DEPDAGRI. Pengembangan Program Magister Administrasi Pemerintahan Daerah sejalan dengan statuta dan RIP STPDN serta didukung dengan rencana strategis, arah kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi.

Alasan pengembangan program studi

Terdapat beberapa alasan STPDN menyelenggarakan berbagai program pendidikan baik yang bersifat diploma atau profesional maupun akademik yaitu:
  1. Alasan program studi: Ditinjau dari sudut substansi pendidikan, STPDN diberi otoritas untuk menyelenggarakan program pendidikan Profesional dan Akademik, namun selama ini baru melaksanakan program Diploma IV Pemerintahan. Padahal dengan adanya Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, diperlukan ahli-ahli pemerintahan daerah pada tingkat Magister.
  2. Alasan yuridis: Ditinjau dari kebijakan pendidikan tinggi kedinasan lembaga pendidikan di lingkungan Departemen Dalam Negeri serta berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 60 Tahun 1999), terdapat cukup alasan yuridis untuk mempertahankan dan mengembangkan STPDN dengan membuka pendidikan S2.
  3. Alasan akademik: Ditinjau dari segi akademik, STPDN saat ini mempunyai otoritas, kapasitas dan kapabilitas untuk mengembangkan disiplin pemerintahan sebagai ilmu dan keahlian. Jumlah dan kualitas tenaga pengajar, perpustakaan maupun dukungan sarana maupun prasarana pendidikan untuk mengembangkan program-program lain di luar program D-IV cukup memadai.
  4. Alasan historis: STPDN yang berawal dari dua puluh APDN daerah berdasarkan KEPRES No. 42 Tahun 1992, mempunyai pengalaman luas dan strategis dalam pengelolaan pendidikan tinggi di jajaran Departemen Dalam Negeri, yang sejak awal mempunyai komitmen untuk mendidik kader Pimpinan Pemerintahan (Pamong Praja), melalui pendekatan Akademik dan Praktis. Untuk kepentingan tersebut, kurikulum disusun, disesuaikan dan ditingkatkan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan keilmuan, keterampilan dan kepribadian guna melaksanakan tugas di lingkungan Pemerintahan Dalam Negeri secara proporsional dan profesional.
  5. Alasan empiris: Alumni STPDN Program D-III dan D-IV sampai Angkatan Ke-XII berjumlah 8.496 orang dengan penugasan yang tersebar pada seluruh propinsi di Indonesia. Di antara mereka secara terbatas sudah melanjutkan S1 dan S2 di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Mereka pada umumnya telah menduduki jabatan pada jenjang menengah ke bawah pada jajaran pemerintahan provinsi maupun daerah kabupaten/kota. Dengan demikian terbuka peluang untuk menampung hasrat alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi sesuai tuntutan kebutuhan kedinasan.


Tindak kekerasan oleh Praja

        Selama ini, terjadi beberapa kasus kekerasan yang mengarah perbuatan kriminal dilakukan oleh beberapa oknum praja IPDN yang menyebabkan kematian sesama praja. Tindak kekerasan tersebut umumnya berupa penganiayaan dari praja senior kepada praja yunior dengan dalih pendisiplinan. Menurut salah seorang dosennya, Inu Kencana Syafiie, sejak tahun 1990-an sudah ada 35 orang praja yang meninggal dunia, tapi baru 10 kasus yang terungkap.
Beberapa kasus yang terungkap di media massa di antaranya:
  • Kasus terakhir adalah kematian seorang praja tingkat 2, Cliff Muntu, asal Sulawesi Utara, pada hari Selasa tanggal 3 April 2007, yang mendapat tindak kekerasan dari praja tingkat 3.[4][5][6]
  • Sebelumnya kasus kekerasan juga dialami praja Wahyu Hidayat, yang meninggal dunia pada tanggal 3 September 2003 akibat penganiayaan seniornya.[7] Dalam hal ini, delapan orang praja kemudian divonis 10 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Sumedang.[8]
  • Kasus lainnya adalah kematian Ery Rahman pada tanggal 3 Maret 2000 juga akibat penganiayaan seniornya.[9]
  • Kasus kematian Aliyan bin Jerani, praja dari Kalimantan Barat yang dilaporkan tewas pada 8 Juni 1993 akibat terjatuh dari lantai dua Barak Lampung. Namun penyebab kematian ini diragukan oleh keluarganya sekarang, meskipun sebelumnya mereka menerima begitu saja laporan dari pihak IPDN.[10]
  • Kasus anarkis juga terjadi dalam pertentangan antar kelompok praja, seperti yang terjadi pada tanggal 1 Maret 2005 ketika terjadi aksi saling lempar piring antara sekelompok Wasana Praja (mahasiswa tingkat IV) dengan sekelompok Madya Praja (mahasiswa tingkat II). Akibatnya 11 orang praja mengalami luka-luka, beberapa sampai harus mendapatkan perawatan di RSHS Bandung. [11]
  • Kekerasan dari praja bahkan juga menimpa mereka yang baru berstatus calon praja, seperti yang dialami oleh Ichsan Suheri asal Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 25 Oktober 2004.[12]
  • Kekerasan di kampus IPDN berulang kembali dengan korban Yogi Riyad (21), seorang Wasana Praja. Yogi hampir buta karena kornea matanya terkena emblem pada topinya yang diambil paksa oleh seorang pengasuhnya. Pada 16 Juni 2007 Yogi dikirim ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, dengan sobekan di kornea mata kanannya.[13]
  • Pada 21 Juli 2007, Wendi Budiman, seorang pengojek asal Jatinangor, tewas dikeroyok oleh 8 Praja IPDN akibat perselisihpahaman mengenai rokok[14]



Konsekuensi kasus kekerasan

         Terakhir, karena kasus kematian Cliff Muntu, rektor IPDN Prof. Dr. I Nyoman Sumaryadi dinon-aktifkan dari jabatannya pada tanggal 12 April 2007. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menginstruksikan pembenahan IPDN yang tidak diperbolehkan menerima praja baru untuk tahun ajaran 2007 setelah sejumlah pemerintah daerah mengancam untuk tidak mengirimkan praja baru sebelum pembenahan IPDN dilakukan secara tuntas.
       Sebelumnya, teguran dari pihak lain sebetulnya sudah sering dilakukan, seperti yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri wisuda di IPDN pada tanggal 8 Agustus 2005[15] dan 10 Agustus 2006[16], juga peringatan keras yang disertai ancaman pembubaran IPDN dari anggota Komisi II DPR RI.[17][18]
        Pada 16 April 2007, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran Nomor 892.22/803/SJ yang isinya meminta kepada semua pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk tidak lagi mengirimkan siswa ke IPDN.[19]
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pendidikan
       Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, dalam ketentuan Bab 1 Pasal 1 menyebutkan Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik.
Pengertian Pendidikan menurut beberapa tokoh :
1. Ki Hajar Dewantara
       Pendidikan sebagai Daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
2. Langeveld
        Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri, pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.1
3. John Dewey
        Pendidikan adalah Proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia (Hasbullah,1999:2)


4. Driyarkara
       Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia
muda ke taraf insani.(hasbullah,1999:2)
2.2 Sejarah IPDN
         Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah salah satu Lembaga pendidikan Tinggi Kedinasan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri, dengan maksud untuk mempersiapkan kader pemerintahan dalam negeri yang siap tugas dan siap dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat secara berdaya guna.
Berawal dari didirikanya Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Malang Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1956 berdasarkan SK Mendagri
No.Pend.1/20/565 tanggal 24 September 1956 dengan Direktur Pertama dr.Raspio Woerjadiningrat.
1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers,1999,
hlm 2
        Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kader aparatur pemerintah ditiap daerah, maka sejak tahun 1965 satu demi satu didirikan APDN diberbagai propinsi. Dan pada tahun 1970 telah berdiri 20 APDN di seluruh Nusantara, lokasi-lokasi APDN tersebut adalah di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Tanjung Karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Ujung Pandang, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, Manado, Pontianak, Kupang, dan Jayapura.
Sampai dengan tahun pendidikan 1991 yaitu tahun alumnus berakhirnya operasi APDN di daerah daerah telah menghasilkan 27.910 orang yang penempatannya tersebar di 27 propinsi. Kini para alumninya telah mengembangkan diri untuk pendidikan selanjutnya dan pada umumnya telah menduduki jabatan teratas di lingkungan Departemen Dalam Negeri.Untuk menyamakan pola pendidikan APDN dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 38 Tahun 1988 tentang pembentukan APDN yang bersifat Nasional yang dipusatkan di Jatinangor,Sumedang Jawa Barat.Dalam proses perkembangan selanjutnya dikeluarkan Keputusan Presiden No 42 Tahun 1992 yang mengubah APDN menjadi Sekolah Tinggi Poemerintahan Dalam Negeri disingkat menjadi STPDN.
Lulusan atau alumni STPDN diharapkan memiliki tiga kompetensi dasar yaitu:

1. Kepemimpinan (Leadership),
2. Kepelayanan (Stewardhip),
3. Kenegarawanan (Statemanship).


         Pada saat APDN terpusat yang kelak bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), 18 Agustus 1990, Presiden RI berpendapat bahwa belajar pada STPDN secara terpusat dan bertemu dengan para praja (mahasiswa) yang berasal dari seluruh pelosok tanah air adalah langkah pertama ke arah pembinaan wawasan yang luas itu. Para mahasiswa calon pejabat pemerintahan akan dapat bertukar informasi dan pandangan dengan rekan-rekannya dari lain daerah serta sama-sama membangun wawasan masa depan mereka itu.


       Setelah terjadi kasus kekerasan pada praja Wahyu Hidayat yang menyebabkan meninggal dunia, pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri akhirnya memutuskan melebur Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) dalam wadah baru bernama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pada tahun 2005.Perubahan yang diatur Keppres No 87/2004 tentang penggabungan STPDN dan IIP, sebenarnya telah dirancang sejak 1998 karena ada aturan yang membatasi setiap departemen hanya memiliki satu pendidikan kedinasan.


2.3 Sistem Pendidikan di Kampus IPDN
        Pendidikan di IPDN diselenggarakan dengan menerapkan sistem pendidikan yang mengembangkan prinsip pembinaan potensi pokok psychophysis manusia yaitu mental, intelek, fisik secara integrated, berimbang, dan simultan melalui tiga jalur. Upaya pembentukan yaitu jalur pengembangan kepribadian, jalur pengembangan penalaran , dan jalur pengembangan.
Jalur pengembangan kepribadian mengembangkan potensi kepemimpinan yang dilandasi oleh jiwa kejuangan yang tinggi yang bersumber dari jiwa Pancasila, wawasan nusantara, memiliki disiplin, rasa tanggung jawab yang tinggi, dan ketegaran mental dan fisik.
Jalur pengembangan penalaran atau akademis mengembangkan dan memantapkan kemampuan olah pikir yang kelak mampu menyerap dan menerapkan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelaksanaan tugas dan pengabdiannya kepada negara dan bangsa serta bisa mengembangkan diri.
Jalur pengembangan keterampilan mengembangkan kemampuan teknis mengatasi setiap masalah praktis yang sifatnya multikompleks. Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan ketiga jalur pendidikan tersebut, pendidikan ditempuh melalui:




1. Pengasuhan yaitu upaya pendidikan dengan menyelenggarakan kegiatan yang ditujukan pada pembinaan jalur pengembangan kepribadian, pelaksanaannya melalui pembiasaan memikul beban secara bertahap kepada peserta didik dengan melatih rasa tanggung jawab, kesadaran disiplin kreativitas, pola hidup sederhana serta memberikan kesegaran rohani dan jasmani.
2. Pengajaran yaitu upaya pendidikan dengan menyelenggarakan kegiatan yang ditujukan pada pembinaan jalur pengembangan penalaran dengan mengembangkan, memantapkan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Hal ini dilakukan seperti lazimnya perkuliahan di perguruan tinggi lain. Adapun pelaksanaan pengajaran ini dilaksanakan dari mulai pagi sampai siang hari.
3. Pelatihan yaitu upaya pendidikan dengan menyelenggarakan kegiatan yang ditujukan pada pembinaan jalur pengembangan keterampilan.
2.4 Praja IPDN Tewas
       Cliff Muntu (21), praja tingkat II Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tewas di lembaga pendidikan yang sebelumnya pingsan di barak kontingen DKI Jakarta, pada awalnya penyebab kematian praja ini belum jelas karena ada pendapat dari para sebagian pemberi keterangan korban meninggal karena penyakit lever, namun dengan investigasi dari pihak kepolisian adanya kejanggalan dalam kasus ini kemudian setelah berada di rumah sakit Al Islam Bandung jenazah Cliff Muntu diotopsi akhirnya setelah beberapa waktu terungkap juga, kematian praja ini disebabkan penganiayaan dan kekerasan yang menimbulkan kematian bukan karena penyakit lever yang diduga sebelumnya.
2.5 Kekerasan Dipandang dari sisi Psikologis
Perilaku Agresif
        Dari sudut pandang secara psikologis, apa yang dilakukan para praja senior terhadap juniornya dalam bentuk tindakan kekerasan fisik dapat dikategorikan sebagai wujud "perilaku agresif".
Agresif merupakan salah satu perilaku yang dimanifestasikan dalam bentuk menyerang pihak lain dengan tujuan tertentu. Perilaku agresif dapat berbentuk tindakan fisik atau nonfisik (verbal atau nonverbal).
Ada dua macam perilaku agresif, yaitu agresif permusuhan dan agresif instrumental.              Agresif permusuhan adalah perilaku agresif yang penyerangannya bertujuan untuk merusak, merugikan atau bentuk lain yang sifatnya merugikan pihak yang diserang. Biasanya, permusuhan akan muncul apabila ada suatu rangsangan yang dirasakan menyentuh martabat atau harga diri seseorang. Agresif instrumental adalah perilaku agresif yang memiliki tujuan lain seperti ingin memperoleh perhatian dari lingkungan, menyatakan suatu kemauan, mencapai suatu tujuan tertentu.
Perilaku agresif instrumental biasanya memiliki nilai-nilai positif dalam kondisi tertentu. Tampaknya kedua macam perilaku agresif itu ada dalam kasus peristiwa tindak kekerasan di IPDN.
Perilaku agresif bukan sebagai suatu bawaan, melainkan terbentuk sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan perilaku agresif bagi individu antara lain sebagai berikut:



1. Pada hakikatnya manusia memiliki dinamika hidup yang akan mendorong untuk membentuk perilaku dalam mencapai tujuan hidupnya. Apabila dorongan itu mengalami hambatan, akan timbul suatu keadaan yang disebut frustrasi.
2. Ada orang yang dalam suatu posisi atau keadaan tertentu memang dituntut berperilaku agresif untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Misalnya, para pemain sepak bola dalam suatu pertandingan, peperangan. Dalam situasi ini, mau tidak mau orang akan menunjukkan perilaku agresif dengan tujuan tertentu. Namun yang menjadi masalah, terkadang perilaku agresifnya berkembang menjadi hal-hal yang destruktif (merusak). Dalam kasus IPDN, kondisi mereka dalam lingkungan yang eksklusif dengan pakaian dan tatacara eksklusif memicu berkembangnya perilaku agresif.
3. Perlakuan yang diperoleh anak dalam keluarga merupakan sumber utama timbulnya perilaku agresif. Perlakuan terhadap anak dalam keluarga yang kurang mendidik, seperti kekerasan, penelantaran, cenderung dapat mengembangkan perilaku agresif. Ada kemungkinan para praja IPDN sebelumnya memperoleh pola-pola pendidikan yang kurang di keluarga, di sekolah, atau dalam pergaulannya yang kemudian berkembang dalam tatanan lingkungan IPDN sendiri yang memungkinkan perilaku agresif makin berkembang.
4. Interaksi sosial di luar rumah punya pengaruh yang cukup besar terhadap timbulnya perilaku agresif. Pergaulan dalam kelompok yang kurang baik dapat menimbulkan dan mengembangkan perilaku agresif. Biasanya dalam kelompok, orang cenderung akan menjadi lebih agresif dibandingkan dengan keadaan menyendiri sebab situasi atau iklim kelompok memberikan suasana yang sedemikian rupa, sehingga individu cenderung berperilaku agresif.
Mengapa demikian? Ya, suasana kesamaan itu yang dapat merangsang perilaku kelompok dan perilaku agresif melalui peniruan, rasa solidaritas, ingin mendapat pengakuan. Pola-pola pengaturan praja yang eksklusif, seperti mereka dikumpulkan dalam barak berdasarkan provinsi atau daerah merupakan kondisi yang mendorong berkembangnya bentuk rasa kelompok berdasarkan daerah yang tentunya menjadi sumber motivasi untuk menunjukkan superioritas daerah atau kelompok.

6.      Suasana lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku agresif. Seperti lingkungan yang kumuh, berdesakan, kurang sehat, suhu udara yang terlalu panas, makanan, obat-obatan tertentu, dan banyak hambatan dapat menimbulkan perilaku agresif. Misalnya dalam kemacetan lalu lintas, di lingkungan yang padat, berdesakan, dan panas, situasi perilaku agresif sangat mudah timbul.
6. Imitasi atau peniruan merupakan sumber lain dari timbulnya perilaku agresif. Meniru perilaku orang lain sudah merupakan naluri manusia. Demikian pula perilaku agresif dapat timbul karena proses peniruan dari lingkungan, seperti anak berperilaku agresif karena ia melihat orang tuanya di rumah, melihat kawan-kawannya, dan melihat orang dewasa yang berperilaku agresif. Pemberian-pemberian atau cerita dan informasi dalam media massa dapat menjadi sumber peniruan dari perilaku agresif. Apa yang dilakukan para senior terhadap junior merupakan pengalaman imitatif yang akan ditiru pada suatu saat ada kesempatan.
7. Adanya simbol-simbol keagresifan tertentu, seperti pakaian, kendaraan, tanda-tanda misalnya tato, logo, dan senjata yang dimiliki atau dibawa secara tidak langsung dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif baik bagi yang membawanya atau bagi orang lain yang mengetahuinya. Kalau kita perhatikan, kampus IPDN yang eksklusif dengan pakaian seragam dan simbol-simbol eksklusif lainnya, dapat memicu munculnya perilaku agresif.
Agresif sebagai masalah, Perilaku agresif menimbulkan berbagai masalah, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Secara psikologis, perilaku agresif dalam diri seseorang dapat mempengaruhi perilakunya secara keseluruhan. Perilaku agresif cenderung kurang terarah dan dengan sendirinya cenderung gagal, sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan kekecewaan. Dalam keadaan demikian, perilakunya dapat dikategorikan sebagai perilaku terganggu atau bahkan patologis.
Korban-korban tindakan kekerasan di IPDN merupakan gambaran betapa perilaku agresif negatif sebagai masalah yang cukup serius, Perlu diingat bahwa perilaku agresif tidak selamanya bersifat negatif atau destruktif. Akan tetapi, banyak segi positif dan konstruksinya. Hal yang paling penting dan mendasar adalah bagaimana mengendalikan perilaku agresif dalam bentuk upaya agar mencegah dampak-dampak negatifnya dan memanfaatkan segi-segi positifnya.
2.6 Disiplin Tidak Sama dengan Kekerasan
Disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus yang artinya siswa. Kemudian siswa diidentikkan dengan belajar, semangat belajar ini menggambarkan ketekunan dan pengorbanan untuk meraih apapun. Kata disiplin sering dihubungkan dengan tindakan atau mencerminkan ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan.Tetapi bukan berarti menggunakan kekerasan didalamnya.
Kasus kekerasan IPDN menjadi wajah hitam pendidikan , tentu saja dalam hal ini kekerasan bukan merupakan cara cerdas untuk menanamkan kedisiplinan.Hal ini tercantum dalam Al-Quran yang berbunyi:” Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka,sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Al-Imron[3]:159).
2.7 Pemerintah Bertindak
Enam Kebijakan Pemerintah Dalam Kasus IPDN
1. Investigasi dan penegakan hukum dilanjutkan dan dituntaskan.
2. Kegiatan internal praja (Wahana Bina Praja), baik di dalam maupun di luar
kampus,dibekukan.
3. Organisasi pengasuhan dirombak.
4. Pengawasan kegiatan praja, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler dilaksanakan oleh lembaga secara penuh.
5. Dibentuk tim evaluasi lintas departemen untuk mengkaji sistem, metodologi, pengasuhan, kurikulum, dan kegiatan praja.
6. Penerimaan praja baru ditunda selama 1 tahun.
kegunaan
1. Melatih kreatifitas siswa dalam menuangkan gagasan pemikirannya (ide-idenya) tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didalami. Di sini secara tidak langsung kamu juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir secara logis-sistematis, kemampuan membahasakan, kemampuan menganalisis-kritik, dll. lewat hasil tulisanmu itu.
2. Karya tulis itu, bukan hanya berguna bagi dirimu saja tetapi juga sebagai bahan referensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi sekolah-mu, bagi para pembaca tentang apa yang anda sumbangkan lewat idemu melalui karya ilmiah tersebut.
3. Sebagai tuntutan akademik bagi para akademisi yang ingin berpetualang terus dalam dunia pengetahuan dan pendidikan. Dengan hasil karya tulis di SMU anda dilatih secara khusus untuk terbiasa menulis atau mengolah sesuatu yang menjadi obyek tulisan ilmiah anda sehingga dapat mempermudah anda manakala melanjutkan studi-studi ilmiah anda di pelbagai PT dan uncuk mencapai gelar-gelar ilmiah lainnya.
Itu saja deh, moga ada manfaatnya

CAMPUS UNPAD (UNIVERSITAS PADJAJARAN)

UNPAD Fakultas

Program Studi

       Sejarah Universitas Padjadjaran didirikan atas prakarsa para pemuka masyarakat Jawa Barat yang menginginkan adanya perguruan tinggi tempat pemuda-pemudi Jawa Barat memperoleh pendidikan tinggi untuk mempersiapkan pemimpin di masa depan.
       Setelah melalui serangkaian proses, pada tanggal 11 September 1957 Universitas Padjadjaran secara resmi didirikan melalui Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1957, dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 September 1957.
       Pada awal berdirinya Unpad memiliki 4 fakultas, dan saat ini telah berkembang menjadi 16 fakultas dan program pascasarjana. Program yang ditawarkan Unpad meliputi program doktor (S3) terdiri dari 9 program studi, program magister (S2) terdiri dari 19 program studi, 2 program spesialis, 5 program profesi, dan program strata I (S1) terdiri dari 44 program studi, Program Diploma III (D3) terdiri atas 32 program studi dan  Program Diploma IV (D4) terdiri atas 1 program studi. Unpad juga memiliki Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sebagai wadah untuk mengelola kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Visi:
“Menjadi Universitas Unggul Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia”.

Misi:
1.     Menyelenggarakan pendidikan (pengajaran, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pengabdian kepada masyarakat), yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat pengguna jasa pendidikan tinggi.
2.     Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berdaya saing internasional dan relevan dengan tuntutan pengguna jasa pendidikan dalam memajukan perkembangan intelektual dan kesejahteraan masyarakat.
3.     Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan yang profesional dan akuntabel untuk meningkatkan citra perguruan tinggi.
4.     Membentuk insan akademik yang menjunjung tinggi keluhuran budaya lokal, dan budaya nasional dalam keragaman budaya dunia.
Tujuan Unpad:
1.     Tercapainya peningkatan pemerataan dan perluasan akses masyarakat dalam memperoleh pendidikan tinggi.
2.     Teraihnya keunggulan institusi dan program studi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan seni.
3.     Terbangunnya iklim akademik yang kondusif bagi penyelenggaraan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4.     Terkembangkannya dan terintegrasikannya pemanfaatan teknologi informasi dalam peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan tuntutan publik.
5.     Terkembangkannya kerja sama dengan berbagai pihak penyelenggaraan pendidikan.
6.     Terkembangnya tata kelola yang akuntabel dan sesuai dengan perundang-undangan.
7.     Tersusunnya sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi serta teraihnya sumberdaya finansial mandiri untuk tercapainya stabilitas penyelenggaraan pendidikan.
8.     Terkembangkannya citra diri unggul berdasarkan tradisi luhur dan keunggulan kinerja
9.     Terbentuknya Unpad pusat kebudayaan dengan kekhasan budaya Sunda untuk meraih daya saing internasional.
      
        Selain itu, Universitas Padjadjaran juga memiliki Pola Ilmiah Pokok yang menjadi panduan bagi sivitas akademika dalam mencapai visi dan misinya, yaitu Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional.
Kekhasan dan Keunggulan Program 
        Untuk menghasilkan lulusan yang mampu memiliki kualitas profesionalisme baik dalam penguasaan ilmu maupun pemecahan masalah atau kasus dibidang bisnis, maka kurikulum dirancang dengan tetap mengacu pada norma-norma pendidikan Strata-3 seperti yang diatur oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/U/1999. Terdapat 4 (empat) kekhasan yang melekat pada operasionalisasi Program dan merupakan keunggulan Program, yaitu:
• Program pendidikan merupakan ilmu manajemen terapan yang menekankan pada kombinasi pendalaman ilmu, penelitian dan pemecahan kasus bisnis serta berorientasi pada pemanfaatan hasil kajian dari penelitian secara langsung oleh organisasi bisnis. Melalui kajian dan penelitian tentang permasalahan aktual dibidang bisnis maka secara konseptual lulusan Program akan mampu meningkatkan kualitas profesionalisme dalam menghadapi permasalahan bisnis baik dalam skala nasional, regional maupun internasional.
• Proses pendidikan akan menjadwalkan pembahasan topik dan kasus bisnis dalam kelas seminar serta melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan secara terarah dan bertahap mulai dari kegiatan seminar di kampus, mengujicobakannya di lingkungan bisnis, sampai pada kegiatan penyusunan disertasi Doktor. Dengan demikian, lulusan Program akan memiliki kemampuan analitis dalam menyusun kebijakan (decision making) untuk menghadapi berbagai peluang dan tantangan bisnis.
• Untuk mendukung kelancaran pendidikan berdasarkan kekhasan tujuan dan proses pendidikan tersebut di atas maka tenaga pengajar berasal dari lingkungan perguruan tinggi dan praktisi bisnis. Guru besar dan dosen terdiri atas tenaga pengajar dari Universitas Padjadjaran, universitas lain yang terakreditasi di dalam negeri dan luar negeri serta profesionalis bisnis yang berkualifikasi Doktor. Universitas luar negeri tersebut adalah MSM Netherlands, University of Kentucky USA, dan University of Western Australia.
• Kekhasan peserta program adalah disyaratkannya kualifikasi calon peserta Program yaitu selain berlatar belakang MM/MBA atau Strata-2 disyaratkan pula memiliki pengalaman manajerial dalam organisasi bisnis dan ekonomi.






























CAMPUS UGM (UNIVERSITAS GADJAHMADA)

         Sejarah menangkap Gedung Pusat UGM diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1959. Prasasti peresmian gedung yang ditandatangani Presiden pertama RI tersebut, kini terpasang di depan ruang Balai Senat. Di tempat ini pula 46 tahun yang lalu, bersamaan peringatan Dies Natalis X UGM, Presiden Soekarno menyampaikan pidato pembukaan (peresmian) Gedung Universitas Gadjah Mada. Isi pidato Presiden Soekarno tersebut antara lain mengatakan bahwa Gedung Utama UGM bernama Wisma Pantja Dharma. “Kita pada saat sekarang ini berada di dalam gedung yang oleh Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga diusulkan bernama Wisma Puruhita (rumah murid) tapi oleh Presiden Universitas Gadjah Mada dinamakan Wisma Pantja Dharma (gedung lima dharma),” tambah Presiden Soekarno.

Sejarah UGM

Universitas Gadjah Mada

          Gedung SMT Kotabaru, 24 Januari 1946, kelihatan dipenuhi pengunjung. Mereka adalah orang-orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap peningkatan martabat manusia Indonesia. Di antara mereka teriihat Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenarjo, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran, Dr. Soeharto. Mereka bermaksud mendirikan Balai Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta.
       Dalam pertemuan itu, Mr. Soenarjo, menegaskan bahwa di Jakarta, NICA sudah mendirikan Universitas. Bangsa Indonesia tidak boleh gagal mendirikan universitas. "Lebih- lebih sekarang, pada waktu pembangunan, waktu kita butuhkan bermacam-macam ilmu pengetahuan", tambah Mr. Soenarjo.
   
          Pertemuan di atas diikuti oleh beberapa pertemuan berikutnya, salah satunya adalah pertemuan di Gedung KNI Malioboro, tanggal 3 Maret 1946. Dalam pertemuan ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
         Dalam pertemuan ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan
         Dengan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, maka pada tahun 1 946 terdapat dua perguruan tinggi di Yogyakarta. Yang satu lagi adalah Sekolah Tinggi Teknik, yang berdiri tanggal 17 Februari 1946. Sekolah Tinggi Teknik ini merupakan usaha penghidupan kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung, yang terpaksa ditutup karena suasana perang antara Indonesia dan tentara sekutu di antara pemimpinnya, tersebutlah nama Prof. Jr. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.itulah sebabnya mahasiswa Fakultas Teknik Bandung dapat melanjutkan pendidikannya dan menempuh ujian insinyur di Sekolah Tinggi Teknik Yogyakarta.
         Setelah penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, kedua perguruan tinggi di atas terpaksa ditutup. Para dosen dan mahasiswanya memilih berjuang menentang Belanda ketimbang melanjutkan proses belajar-mengajar. Tetapi. peralatan kuliah tetap dipelihara dengan baik oleh para mahasiswa.
          Klaten sekarang tentu saja berbeda dengan Klaten di tahun 1946. Perbedaan yang menyolok adalah soal pendidikan tinggi. Kini Klaten tidak memiliki perguruan tinggi. Tetapi, Klaten tahun 1946 adalah kota pendidikan. disini berdiri, antara lain Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1 946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Pergurutan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946).
         Mengapa Klaten dipilih sebagai tempat pendirian beberapa perguruan tinggi? Jawabnya. karena Klaten terletak di pedalaman. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya tidak mungkin lagi menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sebab, ketiga kota tersebut sering kali dibom oleh tentara sekutu. Para pejuang Indonesia di ketiga kota tersebut tidak tinggal diam. Mereka juga balas menyerang sekutu. Akibatnya, ketiga kota ini menjadi ajang pertempuran.
         Alasan lain adalah, adanya laboratorium pendukung dan lnstitut Pasteur. Laboratorium disediakan oleh Rumah Sakit Tegalyoso. Sedangkan Institut Pasteur di Bandung, setelah diambil alih oleh bangsa Indonesia dari tangan Jepang, 1 September 1945, dipindahkan ke Klaten (Salah seorang yang ikut memindahkan institut ini adalah Prof. Dr. M, Sardjito).
        Kehidupan perguruan tinggi di Klaten makin marak dengan berdirinya Fak. Kedokteran Gigi awal tahun 1948. Hal ini berlangsung sampai 19 Desember 1948, saat Belanda menyerbu ke dalam daerah Republik Indonesia.
        Tujuh bulan sebelum penyerbuan Belanda ke dalam Republik Indonesia, tepatnya awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sesungguhnya sudah mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta. Akademi ini berdiri atas usul Kementerian Dalam Negeri, yaitu untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Dep. Penerangan.
         Pada saat berdiri, Akademi Ilmu Politik ini dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Beberapa pegawai Dep. Dalam Negeri yang belajar di sini, antara lain: Djumadi lsworo, Soempono Djojowadono, Irnan Soetikno, Bambang Soegeng Wardi dan Dradjat. Sayang, umur akademi ini tidak lama. Setelah pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya. Mereka ikut menumpas pemberontakan dan membangun kembali kerusakan-kerusakan yang terjadi. Maka akademi ini pun terpaksa ditutup.
        Kalau di atas di ceritakan bahwa perguruan-perguruan tinggi yang terpaksa ditutup di Klaten dan Yogyakarta adalah perguruan tinggi yang sudah beroperasi, di Solo ada perguruan tinggi yang sudah dibuka terpaksa batal diresmikan. Yakni: Balai Pendidikan Ahli Hukum. Perguruan tinggi ini berdiri 1 November 1948, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman.
       Bersamaan dengan itu, Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Solo, yang dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H., juga merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri
       Bersamaan dengan itu, Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Solo, yang dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H., juga merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Panitia ini menyarankan agar Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan saja dengan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Paling tidak untuk melakukan efisiensi. Usul ini, rupanya, diterima pemerintah. Buktinva, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948 menyebutkan bahwa Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri.
         Menurut Prof. Dr. M. Sardjito, Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo ini akan diresmikan tanggal 28 Desember 1948. Tetapi, sembilan hari sebelum peresmian, Belanda sudah menyerbu ke wilayah Republik Indonesia. Apa boleh buat, perjuangan menentang Belanda menjadi prioritas. Akibatnya, sekolah tinggi ini layu sebelum menguntum dan terpaksa bubar sebelum diresmikan.
         Tidak banyak yang ingat kapan persisnya timbul ide untuk menggabungkan beberapa perguruan tinggi perjuangan (Sebutan ini, diberikan oleh Prof. Ir. Herman Johannes) tersebut di atas menjadi sebuah perguruan tinggi. Tetapi, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, tanggal 20 Mei 1949, ada rapat Panitia Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta. Rapat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah: beberapa anggota rapat menyanggupi pendirian perguruan kembali di wilayah republik, yaitu Yogyakarta. Mereka yang bersedia adalah Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito.
         Kesulitan utama yang ditemui para Guru Besar tersest di atas dalam mendirikan kembali perguruan tinggi di Yogya adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Untunglah Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton dan beberapa gedung di sekitar kraton untuk ruangan kuliah. Masalah utama pun terpecahkan. Setelah itu persiapan lain pun dimatangkan.
         Usaha keras para Guru Besar tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian., dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Bung Karno. Pada pembukaan ini, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.
        Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran FakultasTeknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang diresmikan. Kota Yogyakarta pun kembali marak dengan mahasiswa.
        Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran FakultasTeknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang diresmikan.
         Sebulan kemudian, tepatnya 3 Desember 1949, dibuka pula Fakultas Hukum di Yogyakarta. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo. Orang yang berjasa dalam pemindahan ini adalah Prof. Drs. Notonagoro, S.H.
          Tidak mudah mencari informasi mengapa pada tanggal 2 November 1949 tidak langsung didirikan sebuah universitas yang bisa menaungi 3 fakultas yang berdiri pada saat itu. Di samping orang-orang yang terlibat dengan pendiriannya sudah meninggal dunia, dokumentasi yang dimiliki Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak pernah menyinggung hal tersebut. Adalah wajar kalau kemudian perlu disarankan kepada UGM untuk mencari alasan tersebut. Paling tidak untuk menyempurnakan riwayat pendirian Universitas Gadjah Mada.
         Tetapi, beroperasinya kembali 8 fakultas tersebut di atas sejak 1 November 1949, mendorong lahirnya UGM, 19 Desember 1949. Tanggal ini dipilih, seperti disebut Bung Karno. adalah untuk memperlihatkan kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia sanggup bangkit, meskipun sudah diserang habis-habisan oleh Belanda, 19 Desember 1948, dengan kata lain tanggal 19 Desember 1949 dipilih untuk menghilangkan noda 19 Desember 1948.
         Pada saat berdirinya, menurut Peraturan Pcmerintah No. 23 Tahun 1949, UGM memiliki enam fakultas, yaitu: (1) Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti) ; (2) Fakultas Kedokteran di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat; (3) Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan; (4) Fakultas Kedokteran Hewan; (5) Fakultas Hukum di dalamnya ada Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi; dan (6) Fakultas Sastra dan Filsafat di dalamnya ada Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
        Pada saat peresmian berdirinya UGM, Prof. Dr. M. Sardi . ito ditetapkan sebagai Presiden UGM. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Mengenai yang terakhir ini, kepengurusannya terdiri dari ketua (Ketua Kehormatan adalah Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, wakil ketua dan anggota. Ini menimbulkan pendapat bahwa ketika UGM lahir, ia memang telah siap untuk meneruskan perjuangan, yaitu meningkatkan martabat manusia Indonesia.
          Dari rentetan riwayat perjuangan mendirikan UGM di atas, tidak berlebihan rasanya bila disimpulkan bahwa pendirian UGM adalah usaha untuk meneruskan perjuangan. Ini perlu menjadi pegangan bagi seluruh sivitas akademika UGM
         Universitas Gadjah Mada resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1949 dan merupakan Universitas yang bersifat nasional. Selain itu Universitas Gadjah Mada juga berperan sebagai pengemban Pancasila dan Universitas pembina di Indonesia
          Pada saat didirikan, Universitas Gadjah Mada hanya memiliki enam fakultas, sekarang memiliki 18 Fakultas dan satu program Pascasarjana (S-2 dan S-3). Universitas Gadjah Mada termasuk universitas yang tertua di Indonesia, berlokasi di Kampus Bulaksumur Yogyakarta. Sebagian besar fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada terdiri atas beberapa jurusan/bagian dan atau program studi. Kegiatan Universitas Gadjah Mada dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
1.     Program Sarjana
2.     Program Pasca Sarjana
B.     PENDIDIKAN PROFESIONAL

         Program pendidikan profesional yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada terdiri atas Program Diploma 1, Program Diiploma III, Program Diploma IV, Program Profesi, dan Program Spesialis I :
·         Program Diploma I mempunyai beban studi komulatif 40 - 50 sks, dijadikan untuk 2 semester, dan dapat ditempuh dalam waktu 2 - 4 semester. Program ini diselenggarakan oleh Fakultas Teknik yaitu Program Studi Survei Pengukuran dan Pemetaan.
·         Program Diploma III mempunyai beban studi komulatif 110 - 120 sks, dijadwalkan untuk 6 semester, dan dapat ditempuh dalam waktu 6 - 20 semester.
·         Program Diploma IV mempunyai beban studi komulatif 144 - 160 sks, dijadwalkan untuk 8 semester, dan dapat ditempuh dalam waktu 8 - 14 semester.
·         Program Pendidikan Profesi mempunyai beban studi komulatif 20 - 40 sks, dijadwalkan untuk 2 - 6 semester setelah Program Sarjana. Program Profesi diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi, Farmasi, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kedokteran Hewan dan Psikologi.
·         Program Spesialis I yang mempunyai beban studi 36 - 50 sks, dijadwalkan untuk 4 semester, dan dapat ditempuh dalam waktu 4 - 10 semester setelah Program Sarjana/ Profesi. Program Spesialis I diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Hukum.

JENJANG PROGRAM PENDIDIKAN

Menurut jenjangnya, saat ini terdapat 5 jenjang program pendidikan di UGM.
a.      Program Diploma
§  Program D-I
§  Program D-III
§  Program D-IV
b.      Program Sarjana
§  (18 fakultas), terdiri atas 68 program studi
§  Program Swadaya/ Full Payment
c.      Program Profesi
§  Apoteker di Fakultas Farmasi
§  Dokter di Falkutas Kedokteran
§  Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
§  Dokter Hewan di Falkutas Kedokteran Hewan
§  Akuntan di Fakultas Ekonomi
d.      Prigram Magister dan Program Spesialis I
§  Program Magister
Sesuai dengan keputusan Rektor Univeritas Gadja Mada No: 89/Pk/SK/HT/2006 tanggal 9 Maret 2006 penyelenggaraan Program Paasca Sarjana dibagi menjadi 2 :
1.     Program Pasca Sarjana Monodisiplin : yang terdiri dari 88 Program Studi dan langsung dikelola oleh Fakultas terkait.
2.     Program Pasca Sarjana Multidisiplin : terdiri dari 14 Program Studi dan Magister yang dikelola oleh sekolah Pasca Sarjana.
         Rincian program studi dan magister, serta fakultas/lembaga pendukungnya tercantum dalam buku panduan fakultas penyelenggara.
§  Program Spesialis I
Program ini diselenggarakan oleh Fakultas kedokteran (14 Program Studi), Fakultas Kedokteran Gigi (1 Program Studi) dan Fakultas Hukum (1 Program Studi). Rincian Program tercantum dalam buku panduan fakultas penyelenggara.

e.      Program Doktor
        Program Doktor yang meliputi 6 kelompok bidang ilmu dikelola oleh Sekolah Pasca Sarjana. Rincian Program ini serta fakultas pendukungnya tercantum dalam Buku Panduan Sekolah Pasca Sarjana.

Fasilitas Universitas

Riset Unggulan UGM

          LPPM memfasilitasi dan mengkoordinasi pelaksanaan riset unggulan UGM yang meliputi tema-tema diantaranya adalah sebagai berikut: Smart Materials (Material Cerdas): dikembangan dan dilaksanakan oleh Klaster Sains-Teknologi UGM. Cancer Studies (Studi Kanker): dikembangkan dan dilaksanakan oleh Klaster Kedokteran-Kesehatan UGM. Food Safety and Security (Ketahanan dan Keamanan Pangan): dikembangkan dan dilaksanakan leh Klaster Agro UGM. Social Welfare System (Sistem Kesejahteraan Sosial): dikembangkan dan dilaksanakan oleh Klaster Sosial-Humaniora UGM.










CAMPUS UNY

       Tanggal Berdiri: 21 Mei 1963 Sejarah UNY tak lepas dari perkembangan IKIP Yogyakarta, dan Universitas Gajah Mada (UGM).
       Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan pengembagnan dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY. FIS merupakan pengembangan dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta. IKIP Yogyakarta lahir berdasarkan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 55 tahun 1963, tanggal 22 Mei 1963. Salah satu fakultasnya adalah Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial (FKIS) yang diresmikan oleh Menteri PTIP tanggal 21 Mei 1964. Keputusan ini dikuatkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 268 Tahun 1965, tanggal 14 September 1965. Dalam rangka memantapkan fungsi keguruan di bidang Ilmu Sosial , rektor IKIP Yogyakarta mengeluarkan surat Keputusan Nomor 05 tahun 1965 yang isinya antara lian pergantian nama FKPS menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS). Untuk menekankan ciri kependidikannya maka berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 54 tahun 1982 tertanggal 7 September 1982 tentang susunan organisasi IKIP Yogyakarta FKIS berubah menjadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS).
       Selaras dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) dan tuntutan dunia kerja, IKIP Yogyakarta dikembangkan menjadi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdasarkan keputusan Presiden  RI Nomor 93 tahun 1999, tanggal 4 Agustus 1999. Hal ini diikuti dengan perubahan nama fakultas di lingkungan UNY, FPIPS berubah menjadi FIS, yang disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 274/0/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja UNY. Dengan perubahan nama tersebut, FIS berwenang menyelenggarakan program studi bidang keguruan dan non keguruan.
       Upaya perubahan dan pengembangan terus dilakukan untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu diusulkan perubahan nama FIS menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi  (FISE). Berdasarkan Peraturan Menteri  Pendidikan Nasional RINomor 12 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri Yogyakarta, FIS berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE).
        Berdasarkan perjalanan sejarah kelembagaan tersebut, senat FIS UNY menetapkan tanggal 14 September 1965 sebagai hari jadi FISE UNY. Penetapan tanggal ini diambil dari landasan yuridis formal surat keputusan Presiden RI tentang  penguatan dan pengesahan berdirinya IKIP Yogyakarta, tanggal 14 September 1965.

Program Studi

Perpustakaan
Lab Komputer dan Internet

Ruang Kuliah Multimedia
Layanan Bahasa
Fasilitas Penunjang lainnya
        Sebagai mahasiswa UNY, mahasiswa PPS UNY dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang dimiliki UNY seperti Puskom, poliklinik, fasilitas olah raga dan kebugaran, dan fasilitas hotspot dsb.

























CAMPUS UNS

       Uns adalah sebuah universitas yang terletak di surakarta yang diresmikan 11 maret 1976, pada awalnya uns adalah penggabungan 5 perguruan tinggi di surakarta yang bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan di surakarta..pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 1980 di bawah pimpinan dr.Prakosa kampus yang semula terletak di beberapa tempat mulai disatukan disatu tempat didaerah kentingan, tepi sungai bengawan, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. didaerah kentingan inilah, pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1985.
       pembangunan fisik yang cepat juga diimbangi dengan perkembangan di sektor lain. tahun 1986 Prof. Dr. Koento wibisono selaku rektor selanjutnya . meletakkan dasar-dasar percepetan percepatan pertumbuhan, Pada masa ini, perubahan telah terjadi, seperti perkembangan yang cukup bagus dalam bidang akademik dan jumlah staf, juga dalam penguatan infrastruktur kampus.
       Setelah Prof. Haris Mudjiman, Ph.D menjadi rektor berikutnya, percepatan UNS dimulai untuk melangkah ke arah yang lebih baik. Semangat dan komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan sangatlah dibutuhkan untuk membuat kemajuan di setiap sisi kehidupan UNS. Efek dari perubahan tersebut sangatlah mengesankan.
        Sekarang ini, UNS Solo merupakan universitas muda dengan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misal seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran), penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja lainnya. UNS juga melakukan langkah maju dalam perkembangan teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah UNS dalam buku kemajuan dan perkembangan UNS. Torehan-torehan sejarah yang lebih mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan universitas ini.
Fasilitas: Perpustakaan, Laboratorium, Rumah sakit pendidikan
Fasilitas pendukung :
  • Student Center
  • apache Center
  • Gedung Olah Raga
  • Stadion
  • Argo Budaya
  • Gedung Dema / BEM
  • Asrama mahasiswa
Bidang studi:
Pendidikan dokter
PPDS
S1 Psikologi: DIV kebidanan, Sastra dan seni rupa,
Sarjana (S1): akuntansi, manajemen, ekonomi pembangunan
Magister (S2): Magister Ekonomi dan Study Pembangunnan, Magister Manajemen, Magister Akuntansi
Dokter S3: Profesi, Pendidikan Profesi Akuntansi
Diploma: D3 Perpajakan, D3 Akuntansi, D3 Manajemen Industri, D3 Manajemen Pemasaran
Keunggulan/Kelebihan dari UNS kami adalah sebagai berikut :
  • Dapat meningkatkan dan mewujudkan jalinan kerjasama internal dan eksternal.
  • Dapat mengembangkan dan mewujudkan produk-produk unggulan hasil penelitian dan pemberdayaan pada masyarakat.
  • Dapat meningkatkan dan mengembangkan perolehan HKI untuk hasil penelitian dan pemberdayaan pada masyarakat dalam rangka perlindungan HKI.
  • Dapat meningkatkan kemandirian lembaga dan pusat-pusat penelitian pemberdayaan pada masyarakat.
  • Dapat meningkatkan kemampuan dan peran serta dosen dan mahasiswa dalam penelitian dan pemberdayaan pada masyarakat.
  • Penciptaan image building.













CAMPUS UNDIP

       Sekitar awal tahun 1950-an masyarakat Jawa Tengah pada umumnya dan masyarakat Semarang khususnya, membutuhkan kehadiran sebuah universitas sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran tinggi. Hal itu untuk membantu pemerintah dalam menangani dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pada waktu itu di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya memiliki Universitas Gajah Mada yang berstatus sebagai universitas negeri.
        Jumlah lulusan SMU di Jawa Tengah bagian utara yang akan melanjutkan pendidikan tinggi di universitas makin meningkat, namun karena masih sangat terbatasnya universitas yang ada, sehingga tidak semua lulusan dapat tertampung. Menyadari akan kebutuhan pendidikan tinggi yang semakin mendesak, kemudian dibentuk Yayasan Universitas Semarang dengan Akte Notaris R.M. Soeprapto No. 59 tanggal 4 Desember 1956 sebagai langkah awal didirikannya universitas di Semarang dengan nama Universitas Semarang.
Menjadi Undip
         Ada sebuah upaya-upaya Universitas Semarang menjadi Universitas Negeri Jawa Tengah dengan dukungan Pemerintah Daerah dan masyarakat, karena memang belum ada universitas negeri di provinsi ini. Sebagai Kuasa Presiden I, ia menyiapkan semua perangkat akademis yang disyaratkan, seperti adanya senat dan merubah akademi menjadi fakultas-fakultas serta mengangkat pinpinan fakultas. Namun, syarat utama yang paling penting adalah minimum harus ada dua tenaga tetap pegawai universitas.
        Penetapan tahun 1957 sebagai tahun berdirinya Undip, dengan memperhatikan realitas sejarah dimana Universitas Semarang sebagai universitas swasta - yang berdiri tahun 1957- merupakan embrio dari Undip sebagai universitas negeri. Penetapan Dies Natalis Undip tanggal 15 Oktober 1957, telah dinyatakan pada laporan Rektor Undip dalam Dies Natalisnya yang ke 13.
        Pada awalnya 9 Januari 1960, yaitu tanggal pada waktu Presiden Soekarno memberi nama Universitas Diponegoro diusulkan menjadi hari jadi UNDIP, namun akhirnya  kembali ditetapkan  tanggal 15 Oktober 1950 sebagai hari jadi, mengingat pada tanggal ini terjadi “pertempuran lima hari” selama revolusi fisik di kota Semarang. UNDIP memilih tanggal ini untuk meneruskan cita-cita pejuang kemerdekaan bangsa mengisi kemerdekaan dengan mencerdaskan bangsa. UNDIP adalah bentuk sumbangsih para penerus bangsa atas amanah yang ditinggalkan para pejuang kemerdekaan.
Saat ini Undip mengelola Program Studi yang terdiri atas :
  1. Program Diploma (D3) sejumlah 21 program studi dengan jumlah mahasiswa 6.310 orang;
  2. Program Sarjana (S1) dan yang setara yang berjumlah 44 program studi S1 dengan mahasiswa sejumlah 39134 orang
  3. Program Magister (S2) yang terdiri atas 26 program studi S2 (dengan jumlah mahasiswa S2 dan S3 5968 orang);
  4. Program Doktor (S3) terdiri atas 8 program studi Doktor (dengan jumlah mahasiswa S2 dan S3 5968 orang);
  5. Program Profesi terdiri atas 4 program studi Profesi (dengan jumlah mahasiswa 556 orang );
  6. Program Spesialis 1 terdiri atas 15 program studi Spesialis 1 (dengan jumlah mahasiswa 574 orang).
Dari angka tersebut jumlah total mahasiswa program pascasarjana adalah 5.968 mahasiswa, artinya masih jauh dibawah total mahasiswa program S1.
Keunggulan dari UNDIP

        Library , Computer Laboratories, Science and Engineering Laboratories, Lecture Halls and Classrooms, Sports Facilities, Student Accommodation

Other Amenities

Bank and Auto-teller machine
Bookshop
Cafeteria
Multi-Purpose Hall
Parking Bay
Prayer Room/Mosque
University Placement Office
















SEJARAH BOROBUDUR

Sejarah candi Borobudur
              Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
               Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
             Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.
            Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan  gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
             Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
             Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
          Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
           Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
           Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
           Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
           Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
          Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
          Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung  Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
          Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika  itu.
          Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala.
            Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.










Sejarah candi prambanan
        Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, dan terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan utama baru diselesaikan pada tahun 1953.

         Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya. Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Untuk lengkapnya bisa melihat di artikel Loro Jonggrang. Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Batara Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan satunya dipersembahkan kepada Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan.
        Selain itu ada beberapa candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang lembu Nandini, wahana Batara Siwa, sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan sang Garuda, wahana Batara Wisnu. Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang digambarkan di sini berbeda dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan melalui tradisi oral.

Wayang Kulit, Mahakarya Seni Pertunjukan Jawa

          Malam di Yogyakarta akan terasa hidup jika anda melewatkannya dengan melihat wayang kulit. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden takkan membiarkan anda jatuh dalam kantuk. Cerita yang dibawakan sang dalang akan membawa anda larut seolah ikut masuk menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang dibawakan. Anda pun dengan segera akan menyadari betapa agungnya budaya Jawa di masa lalu.
           Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
            Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.
          Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang    membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.
          Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.
         Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
        Sasono Hinggil yang terletak di utara alun-Alun Selatan adalah tempat yang paling sering menggelar acara pementasan wayang semalam suntuk, biasanya diadakan setiap minggu kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB. Tempat lainnya adalah Bangsal Sri Maganti yang terletak di Kraton Yogyakarta. Wayang Kulit di bangsal tersebut dipentaskan selama 2 jam mulai pukul 10.00 WIB setiap hari Sabtu dengan tiket Rp 5.000,00.
Kehidupan masyarakat borobudur
         masyarakat desa-desa setempat hidup tertinggal, ranking ke-16 kemakmurannya dari 21 kecamatan lain di Magelang. Masyarakat setempat setuju jika TWCB yang diuntungkan dengan keberadaan Borobudur,”
       
          Selama sekitar 26 tahun masyarakat Borobudur hidup menderita bahkan berada pada urutan ke-17 wilayah miskin di Kabupaten Magelang.
Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa
       Agama Hindhu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Whisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan bahwa candi Prambanan merupakan candi Shiwa.
        Candi Prambanan atau Candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceriterakan tentang seorang dara yang jonggrang (jangkung) yang adalah putri Prabu Boko. Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan yang dihiasi dengan relief cerita Ramayana yang dapat dinikmati dengan ber-pradaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu.
        Cerita berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Whisnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terdapat relief ceritera Kresna Dwipayana yang menggambarkan tentang kisah masa kecil Prabu Khrisna sebagai titisan Dewa Whisnu dalam membasmi keangkara murkaan yang hendak melanda dunia.
       Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi patung Durga, permaisuri Dewa Shiwa. tetapi umumnya masyarakat menyebut sebagai patung Roro Jonggrang, yang sebelumnya tubuh hidup dari putri cantik itu yang dikutuk oleh Ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.
       Candi Brahma dan candi Whisnu masing-masing hanya memiliki satu buah bilik, yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan. Di hadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana atau kendaraan ketiga dewa tersebut, Ketiga dewa itu kini dalam keadaan rusak dan hanya candi yang di tengah (di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembuyang bernama Nandi (kendaraan dewa Shiwa).
       Patung Angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung Garuda sebagai kendaraan dewa Wishnu yang diperkirakan dulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua Dewa itu, kini telah hilang. Keenam candi itu merupakan kelompok yang saling berhadap-hadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi panjang 110 meter.
        Di dalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah Utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sudut.
       Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindhu sebagai halaman paling sakral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam tiga baris. Di luar halaman tengah ini masih terdapat halaman luar yang berbentuk segi empat dengan sisi sepanjang 390 meter.

SEJARAH
        Candi Hindu yang tingginya sekitar 47 meter ini dibangun oleh dinasti Sanjaya pada abad 9. Candi ini mempunyai 3 bagian. Bagian utamanya terletak di sebelah dalam dan dikelilingi oleh beberapa candi kecil yang disebut candi Perwara.

JAM BUKA
Buka setiap hari dari jam 08.00-17.00 WIB
TIKET MASUK
Rp 7.500,00/orang 
FASILITAS
- Area parkir yang luas - Kamar mandi - Pusat belanja souvenir
- Pusat makan dan minum
- Tour & Travel resmi dari PT. Taman Wisata  Candi


KEGIATAN
        Dari Mei-Oktober setiap bulan purnama, cerita Ramayana biasanya dipentaskan pada malan hari sekitar pukul 19.30-21.30. Tarian yang lebih dikenal sebagai Sendratari Ramayana ini dipentaskan di area terbuka di bagian barat candi.


TIP & TRIK

- Perhatikan rombongan Anda, terutama anak-anak karena luasnya kompleks candi Prambanan. Bila terpisah dari rombongan, segera hubungi petugas untuk membuat pengumuman pencarian.


- Dimohon untuk tidak membuang sampah sembarangan. Di dalam kompleks candi tidak terdapat tempat sampah yang banyak, oleh karena itu, usahakan untuk tidak membawa makanan dan minuman yang dapat merusak candi. Khususnya minuman yang berkarbonasi yang dapat merusak kekuatan batu-batu candi.

1 komentar: