go green

Kamis, 09 November 2017

MODUL 1 PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS dan ANTROPOMERI

MODUL  1
PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS



1.1  Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran fisiologis adalah sebagai berikut :
a.       Memahami perbedaan beban kerja/cara kerja dapat berpengaruh terhadap aspek fisiologi manusia
b.      Mampu melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode fisiologi
c.       Menentukan besar beban kerja, berdasarkan kriteria fisiologi
d.      Merancang sistem kerja dengan memanfaatkan hasil pengukuran kerja dengan metode fisiologi

1.2 Landasan Teori
            Lehmann (1995) mendefinisikan kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan. 
Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Pada kerja mental pengeluaran energi relatif kecil dibandingkan dengan kerja fisik dimana pada kerja fisik ini manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh  dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh  Davis dan Miller menjadi tiga kelompok besar, sebagai beerikut :
1.   Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.
2.  Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energy expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.
3.      Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya konstrasi otot.      
Sampai saat ini, metode pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1.      Konsep Horse Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tapi tidak memuaskan
2.      Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi
3.      Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (metode baru)

Pengukuran konsumsi energi
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru. Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana:
Y  : Energi (kilokalori per menit)
X  : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

      Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :

                                            KE = Et – Ei

Dimana :
KE  : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et    : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei    : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut  mengukur perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan Klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis terlihat pada tabel 1 dan 2.
 
Tabel 1. Aktivitas Dan Tingkat Energi

ENERGI

(Kkal/menit)
1
2.5
5
7.5
10
DETAK JANTUNG
(per menit)
60
75
100
125
150

OKSIGEN

(liter/menit)
0.2
0.5
1
1.5
2

Metabolisme basah
Kerja ringan
Jalan (6.5kph)
Kerja berat
Naik Pohon

Istirahat
Duduk
Angkat roda 100 kg

Membuat tungku

Tidur
Mengendarai Mobil

Bekerja ditambang
Jalan di Bulan

Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis
Tingkat Pekerjaan
Energy Expenditure
Detak Jantung
Konsumsi Energi
Kkal / menit

Kkal / 8jam

Detak / menit
Liter / menit
Undully Heavy
>12.5
>6000
>175
>2.5
Very Heavy
10.0 – 12.5
4800 – 6000
150 – 175
2.0 – 2.5
Heavy
7.5 – 10.0
3600 – 4800
125 – 150
1.5 –2.0
Moderate
5.0 – 7.5
2400 – 3600
100 – 125
1.0 – 1.5
Light
2.5 – 5.0
1200 – 2400
60 – 100
0.5 – 1.0
Very Light
< 2.5
< 1200
< 60
< 0.5

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi.
R =
 
B – 0,3
 
                                           T(B – S)
dimana :
R   :  Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T    :  Total waktu kerja dalam menit
B   :  Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S    :  Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)


Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :
dimana :
R    :  Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T    :  Total waktu kerja dalam menit
W    :  Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S    :  Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
          (biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)


Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologis
       Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan  untuk membandingkan cost energy pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang tidak standard, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan energi expenditure sama dengan orang yang performansinya hanya 110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Dr. Lucien Brouha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologi, untuk menentukan berat ringannya suatu pekerjaan, seperti terlihat pada tabel 3..
Tabel 3. Jenis Pekerjaan Dengan Konsumsi Oksigen
WORK LOAD
OXYGEN CONSUMPTION (Liter/Minute)
ENERGY EXPENDITURE
(Calories/minute)
HEART RATE DURING WORK (Beats per minute)
Light
0.5 – 1.0
2.5 – 5.0
60 – 100
Moderate
1.0 – 1.5
5.0 – 7.5
100 – 125
Heavy
1.5 – 2.0
7.5 – 10.0
125 – 150
Very Heavy
2.0 – 2.5
10.0 – 12.5
150 - 175


Fatique
Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi, atau kedua-duanya dari performansi optimum seorang operator.  Cakupan dari kelelahan, yaitu :
1. Penurunan dalam performansi kerja
Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila melewati suatu periode tertentu, disebut  industry fatique.
2. Pengurangan dalam kapasitas kerja
perusakan otot atau ketidakseimbangan susunan saraf untuk memberikan stimulus, disebut Psikologis fatique
3.  Laporan-laporan subyektif dari pekerja
     Berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan, disebut fungsional fatique.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fatique adalah besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis kelamin dan umur. Fatique dapat diukur dengan :
a.    Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan
b.    Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisis kimia dalam urin dan darah
c.    Menggunakan alat uji kelelahan Riken Fatique.
Untuk lebih jelas mengenai fatique  dapat dibaca pada buku Motion & Time Study: Design & measurement of Work, Barnes Ralph, 1980



MODUL 2
ANTROPOMETRI
2.1  Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui dan memahami tatacara pengukuran antropometri.
2.  Membekali praktikan dengan konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia.
3. Menganalisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai.
4.                                                                   
2.2  Landasan Teori
Pengertian Anthropometri
Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan ke dalam lima bidang penelitian yaitu: (Sutalaksana,  Teknik tata cara kerja)
·         Anthropometri
·         Biomekanika
·         Fisiologi
·         Pengindraan
·         Lingkungan Fisik Kerja
 Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
  • Perancangan areal kerja
  • Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan sebagainya.
  • Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.
  • Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
1.      Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.
2.      Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1.      Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
2.      Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3.      Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan  Etnis Mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk Etnis Kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis Mongoloid.
4.      Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar. Misalnya  : dimensi seorang buruh pabrik. Dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.


Untuk mengukur antropometri dinamis , terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu :
(1) Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti kedaaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya mempelajari performasi seseorang,
(2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan 
(3) Pengukuran variabilitas kerja.
Perancangan Produk/alat.
            Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.
            Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita.
Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan yaitu:
1) aktifitas dengan maksud tertentu,
2) sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan
3)  berdasarkan pada pertimbangan teknologi,
            Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut    :
1.      Berorientasi pada tujuan
2.      Variform
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
3.      Pembatas
Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya :
·           Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
·           Ekonomis ; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat
·        Perimbangan manusia ; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya.
·           Faktor-faktor legalisasi; mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
·           Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang telah dibuat.
·           Evolutif; berkembang terus/mampu mengikuti perkembangan jaman.
·           Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.

Sedangkan karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang perancang antara lain:
1.    Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
2.    Memiliki Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul.
3.    Berdaya cipta.
4.    Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
5.    Mempunyai keahlian dalam bidang Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis rancangan yang dibuat.
6.    Dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7.    Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision)  suatu alternatif yang terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (Action). Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja (Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992)
Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah ( Roebuck, 1995):
1.      Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement).
2.      Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3.      Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
4.      Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5.    Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan oemilihan persentil yang akan dipakai.
6.      Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
7.      Pengambilan data.
8.      Pengolahan data
9.      Visualisasi rancangan.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain :
1.        Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.
2.        Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3.        Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari hak cipta.
4.        Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen.
5.        Analisa Nilai
Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu:
1.      Uses Value
Berhubungan dengan nilai kegunaan
2.      Esteem Value
Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
3.      Cost Value
Berhubungan dengan pembiayaan
4.      Excange Value
Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu:
1.      Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.
2.      Perancangan untuk pemakaian rata-rata
Data dengan persentil 50 %.
3.      Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable)


2.3 Peralatan yang dibutuhkan:
1.        Kursi antropometri duduk
2.        Alat ukur tinggi antropometri berdiri
3.        Meteran kain
4.        Timbangan badan
5.        Lembar pengamatan

2.4 Prosedur Praktikum
            Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran Antropometri adalah sebagai berikut:
1.         Dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan, ukurlah dimensi-dimensi tubuh manusia.
2.         Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa dilihat di lampiran dengan keterangan sebagai berikut :
·    Lampiran 1,2,3,4,5 menunjukan gambar pengukuran antropometri pada masing-masing anggota tubuh manusia.
·    Lampiran 6,7 menunjukan gambar pengukuran antropometri lainnya pada saat duduk dan berdiri.
·    Lampiran 8 menunjukkan gambar pengukuran jari tangan dan pengukuran data untuk Antropometri Dinamis
·    Lampiran 9 menunjukan gambar ukuran dalam perancangan ruang kendaraan.
·    Lampiran 10,11 menunjukan ukuran umum tubuh wanita dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.
·    Lampiran 12,13 menunjukan ukuran umum tubuh pria dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.

3.         Catatlah hasil pengukuran pada lembar pengamatan sebagai berikut :

Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Statis

Nama               :……………………………….
Umur               :……………………………….
Jenis Kelamin  :……………………………….
Suku Bangsa   :………………………………..
No
Data yang diukur
Simbol
Hasil Pengukuran (cm)
1
Tinggu duduk tegak
Tdt

2
Tinggi duduk normal
Tdn

3
Tinggi bahu duduk
Tbd

4
Tinggi mata duduk
Tmd

5
Tinggi siku duduk
Tsd

6
Tinggi sandaran punggung
Tsp

7
Tinggi pinggang
Tpg

8
Tebal perut duduk
Tpd

9
Tebal paha
Tp

10
Tinggi popliteal
Tpo

11
Pantat popliteal
Pp

12
Pantat ke lutut
Pkl

13
Lebar bahu
Lb

14
Lebar sandaran duduk
Lsd

15
Lebar pinggul
Lp

16
Lebar pinggang
Lpg

17
Siku ke siku
Sks

18
Tinggi badan tegak
Tbt

19
Tinggi mata berdiri
Plb

20
Tinggi bahu berdiri
Tbb

21
Tinggi siku berdiri
Tsb

22
Tinggi pinggang berdiri
Tpgb

23
Tinggi lutut berdiri
Tlb

24
Panjang lengan bawah
Plb

25
Tebal dada berdiri
Tdb

26
Tebal perut berdiri
Tpb

27
Berat badan
Bb

28
Jangkauan tangan ke atas
Jtkt

29
Jangkauan tangan ke depan

Jktd


30
Rentangan tangan
Rt

31
Panjang jari 1,2,3,4,5
Pj

32
Pangkal ke tangan
Pkt

33
Lebar jari 2,3,4,5
Lj

34
Lebar tangan
Lt

 


Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Dinamis

No
Data Yang Diukur
  Simbol
Hasil Pengukuran (cm)
1.

Putaran lengan

Pl

2.
Putaran telapak tangan
Ptt

3.
Sudut telapak kaki
Stk

Keterangan :
1.    Tinggi tubuh tegak: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
2.  Tinggi duduk normal: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk normal dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
3.   Tinggi bahu duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak. (Lihat gambar di lampiran)
4.   Tinggi mata duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
5.      Tinggi siku duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. (Lihat gambar di lampiran)
6.    Tinggi sandaran punggung: Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.
7.      Tinggi pinggang: Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pinggang.
8.      Tebal perut duduk  Subjek duduk tegak, ukur jarak samping dari belakang perut sampai ke depan perut.
9.   Tebal paha: Subjek duduk tegak , ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan atas pangkal paha. (Lihat gambar di lampiran)
10.  Tinggi popliteal: ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha. (Lihat gambar di lampiran)
11.  Pantat popliteal: subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam popliteal. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
12.  Pantat ke lutut: Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
13.  Lebar bahu: Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
14.  Lebar sandaran Duduk: Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pimggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
15.  Lebar Pinggang: Subjek duduk tegak. ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggang sisi kiri sampai bagian terluar sisi kanan.
16.  Siku ke siku: Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar siku sisi kiri sampai bagian terluar siku sisi kanan.
17.  Tinggi badan tegak: Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas. Sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
18.  Tinggi Mata Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
19.  Tinggi Bahu Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak. (Lihat gambar di lampiran)
20.  Tinggi Siku berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan bergantungan secara wajar.
21.  Tinggi pinggang berdiri: Ukur jarak vertikal lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri tegak.
22.  Tinggi lutut berdiri: Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada saat subjek berdiri tegak.
23.  Panjang lengan bawah : Subjek berdiri tegak tangan disamping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
24.  Tebal dada berdiri: Subjek berdiri tegak ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horizontal.
25.  Tebal  perut berdiri: Subjek berdiri tegak ukur menyamping jarak dari perut depan sampai perut belakang secara horizontal.
26.  Berat badan: Menimbang berat badan dengan posisi normal diatas timbangan badan.
27.  Jangkauan tangan ke atas: Subjek berdiri tegak, tangan diacungkan lurus ke atas. Ukur dari ujung jari tangan sampai pangkal lengan.
28.  Jangkauan tangan ke depan: Ukur jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding. Tangan direntangkan ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
29.  Rentangan tangan: Ukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangan horizontal ke samping sejauh mungkin.
30.  Panjang jari 1,2,3,4,5 : diukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.
31.  Pangkal ke tangan : diukur dari pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.
32.  Lebar Jari 2,3,4,5 : diukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking. Jari-jari subjek lurus dan merapat satu sama lain.
33.  Lebar tangan : Diukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking.
34.  Putaran lengan : ukur sudut putaran lengan tangan bagian bawah dari posisi awal sampai ke putaran maksimum. Posisi awal, lengan tangan bagian bawah ditekuk ke kiri semaksimal mungkin. Kemudian putar dari posisi awal ke kiri sejauh mungkin.
35.  Putaran telapak tangan: Ukur sudut putaran cengkraman jari tangan. Posisi awal, Jari-jari mencengkram batang tengah busur. Kemudian diputar ke kanan sejauh mungkin (pergelangan dan lengan tangan tetap diam). Lalu dengan cara yang sama diputar ke kiri sejauh mungkin.
36.  Sudut telapak kaki: Ukur sudut putaran telapak kaki. Posisi awal, telapak kaki siku-siku dengan betis, kemudian diputar ke bawah sejauh mungkin. Kaki kembali ke posisi awal, lalu ujung kaki dinaikan setinggi mungkin. Total putaran vertikal telapak kaki adalah  b = b1+b2

4.     Ujilah masing-masing data yang telah didapat (uji normal, uji seragam dan uji normal), kemudian hitunglah persentilnya 5%, 50% dan 95%.
5.  Dengan menggunakan data-data yang diperoleh, rancanglah suatu alat bantu yang dibutuhkan manusia dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan.
6.        Bila alat bantu tersebut belum pernah ada, analisalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya alat tersebut.
7.       Bila alat bantu tersebut sudah ada, analisalah apakah rancangan saudara mempunyai nilai tambah bila dibandingkan dengan alat bantu sejenis.

2.5 Output Penulisan
Adapun out put yang diharapkan  dari penulisan laporan antropometri ini adalah:
1. Mahasiswa memperoleh data hasil pengukuran antropometri sesuai dengan  tatacara pengukuran dan mengisi tabel pengamatan data antropometri
2. Mahasiswa diharapkan membuat analisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai

 Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang lebih dalam tentang konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar