go green

Minggu, 08 November 2015

SEJARAH MSDM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jika kita membicarakan penjajahan yang ada diIndonesia, mari kita Flash Back lebih jauh kebelakang ke zaman kerajaan Majapahit. Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N Miksic mengatakan, pengaruh Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur sampai hingga Semenanjung Malaya.
"Dalam kitab Negara kertagama yang ditulis Prapanca, Tumasik (Singapura) juga termasuk dalam jajahan Majapahit,". Miksnic menambahkan, kerajaan di Semenanjung Malaya mencari perlindungan dengan tunduk pada raja Jawa.
Padahal, hubungan antara Majapahit dan daerah jajahannya tidak seperti hal itu. Menurut sejarah, hubungan Majapahit dan Melayu bahkan saling menguntungkan.
Masih banyak lagi Negara sebagai jajahan Indonesia diantaranya Timor Leste, Papua Barat, Malaysia, Malaka, singapura, Indochina ( kamboja dan Vietnam ), dan Siam ( Thailand ). Penjelasan lebih lanjut tentang jajahan Indonesia tidak dijelaskan disini. Kemudian timbul pertanyaan Apakah Indonesia ini dijajah karna karma masa lalu? Yang pasti bentuk definisi jajahan pada masa lampau dengan sekarang berbeda. Sebab, sistem penjajahan di masa kini lebih berarti monopoli.


1.2  Tujuan

1.      Untuk mengetahui lebih jauh tentang masalah MSDM Indonesia setelah masa penjajahan.
2.      Untuk mengetahui perkembangan ekonomi Diindonesia meliputi SDM.
3.      Mengetahui solusi – solusi dari masalah MSDM di Indonesia.


1.3  Rumusan Masalah

- Bagaimana sejarah penjajahan rempah – rempah di Indonesia?
- Bagaimana MSDM diIndonesia dari segi ekonomi?
- Bagaimana pengolahan sumber daya alam di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Penjajahan Rempah-Rempah Di Indonesia
Sejarah bangsa Indonesia tak bisa lepas dengan yang namanya rempah-rempah. Karena rempah-rempahlah penjajah tergiur menjajah nusantara.Karena rempahlah VOC, kongsi dagang di bawah naungan Belanda berjaya menjarah dengan tak berperi kemanusiaan kekayaan tanah ibu pertiwi kita pada abad ke-17 dan 18. Rakyat pribumi seolah tikus yang mati di lumbung padi, kepemilikan terhadap kekayaan alam nusantara yang direbut paksa, justru malah menjadi budak di negeri sendiri. Sebenranya apa sih yang menjadikan bangsa asing sebegitu tamaknya ingin menjajah dan memonopoli kekayaan rempah Indonesia? Apa rahasia dibalik rempah yang bisa menyebabkan membawa bangsa kita pada sejarah kelam penjajahan?
Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Eropa mencapai India dan Maluku. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku. Dan pada akhirnya, rempah mengantarkan era dominasi bangsa Eropa di Dunia Timur, karena tujuan  awalnya ingin mendapatkan rempah yang lebih murah kemudian mulai berangsur menjadi hasrat ingin menguasai daerah penghasil rempah dengan cara menjajahnya dan melakukan monopoli terhadap hasil tanahnya. Terlebih nusantara kaya akan bahan alam dan kesuburan tanahnya.
Rempah-rempah  dinilai sangat berharga karena khasiatnya yang bukan hanya sebagai penyedap, bumbu masakan, dan efek menghangatkan badan, tapi juga sebagai obat-obatan. Terlebih bagi bangsa Barat yang keadaan tanahnya tidak mendukung untuk melakukan penanaman rempah dan kondisi Eropa yang begitu dingin, sehingga bahan yang bisa menghangatkan tubuh selalu menggiurkan mereka. Kebutuhan terhadap rempah-rempah kemudian menjadi sangat krusial hingga pada dunia perdagangan zaman dulu menjadi komuditas yang sangat mahal, bahkan sama berharganya dengan emas batangan.
Lima jenis rempah komoditi utama kala itu adalah lada, pala, cengkeh, jahe dan kayu manis. Alasan lima bahan tersebut menjadi komuditi utama kala itu adalah:
a)      Jahe memiliki rasa yang hangat dan pedas sehingga menjadi komoditi yang sangat populer di Eropa.
b)      Cengkeh digunakan sebagai bahan masakan sekaligus campuran rokok kretek..
c)      Pala dijadikan sebagai bumbu masakan dan berkhasiat melegakan perut kembung.
d)     Kayu manis, selain rasanya yang manis yang biasanya digunakan untuk campuran minuman, kayu manis juga digunakan sebagai pengawet makanan.
e)      Lada digunakan sebagai bumbu masakan, campuran obat tradisional, bahkan oleh bangsa eroa dijadikan campuran minuman beralkohol karena khasiatnya yang juga bisa menghangatkan tubuh.
Bangsa lain saja begitu tertarik dengan kekayaan surga alam Indonesia, lalu kita sebagai generasi tulang punggung kemajuan bangsa kenapa tidak turut mendeklarasikan kekayaan Indonesia dengan eksploitasi pengetahuan dan pemanfaatannya? Karena rempah sudah lama menanti kita untuk mengeksploitasinya, bukan penjajah. Karena negeri ini sudah rindu anak bangsanya untuk menyentuh dan mengembangkannya demi kemaslahatan, bukan oleh bangsa lain.


2.2  Sumber Daya Manusia Indonesia
       Perekonomian Indonesia pada saat pertama kali merdeka sangat buruk, hal ini karena tingkat inflasi yang sangat tinggi, penyebabnya adalah pada saat itu beredar lebih dari satu mata uang yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Dengan keadaan perekonomian yang seperti ini sangatlah buruk bagi kelangsungan perekonomian Negara Indonesia.
           Yang menyebabkan perekonomian Indonesia sangat buruk selain inflasi adalah karena Indonesia dijajah oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang dalam jangka waktu yang amat lama, kurang lebih 350 tahun. Mereka mengeksploitasi kekayaan alam negeri ini dengan skala yang sangat besar. Pada saat itu para penjajah dengan seenaknya menentukan sistem perekonomian negeri ini, misalnya “cultuurstelste” yang membuat keringat rakyat kita pada saat itu terkuras habis dan tentunya hasil dari kerja keras mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan terlebih sistem kerja paksa “rodi” saat itu masih berlaku.
Pada masa demokrasi liberal perekonomian Indonesia kian terpuruk. Perekonomian diserahkan seutuhnya kepada pasar. Padahal saat itu pengusaha pribumi masih sangat lemah, dan akibatnya mereka kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi.
Dari tahun ke tahun Indonesia berjuang demi memperbaiki perekonomiannya hingga saat ini, dan tentunya ini bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. Banyak usaha yang dilakukan dalam rangka memperbaiki perekonomian Indonesia. Misal pada saat pemerintahan SBY tahun 2006 yang menaikan harga BBM (mencabut subsidi BBM) dan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Hal ini banyak mengundang kontroversi dari berbagai kalangan. Yang sangat jelas terlihat adalah program BLT. Bantuan tunai dari pemerintah justru tidak sampai ke tangan rakyat yang membutuhkan secara menyeluruh. Banyak dari rakyat kecil yang tidak menikmati bantuan tunai dari pemerintah itu.
Secara umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan prestasi yang cukup baik. Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia Internasional.
Namun, Kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih rendah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang cukup tinggi, akan tetapi efek masyarakatnya terlalu rendah. Setap satu persen pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyerap 250 ribu tenaga kerja baru. Hal ini yang menyebabkan masih tingginya tingkat pengangguran. Menjadi suatu pekerjaan rumah untuk pemerintah untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya caranya adalah dengan memperkuat kembali industri nasional, terutama di sektor manufaktur dan agroindustri. Reindustrialisasi ini bisa dilakukan dengan menyokong pertumbuhan industri nasional melalui perbaikan infrastruktur perbaikan birokrasi, dan pemberian bantuan modal bagi industri yang membutuhkan.
Perkembangan perekonomian di Indonesia sejak berdiri hingga saat ini sudah mengalami banyak kemajuan,pada masa orde lama Indonesia berhasil membuat rupiah sebagai mata uang negara,di masa orde baru Indonesia berhasil dengan swasembada beras dan Pelita (pembangunan lima tahun ),begitu pula dengan pemerintahan selanjutnya.Untuk sekarang ini,Indonesia merupakan salah satu negara dalam upaya perdagangan bebas, pengadaan pasar modal yang telah menerima banyak penghargaan baik itu di dalam negeri maupun di dunia, bantuan subsidi pemerintah bagi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan, dan pelunasan pengeluaran negara terhadap negara lain .
Namun , di sisi lain Indonesia masih memiliki masalah ekonomi yang berkepanjangan yaitu upaya pemberantasan KKN (Korupsi , Kolusi,dan Nepotisme) yang masih saja lamban. Lalu, penerapan pasar modal yang lebih diperuntukkan kepada investor asing , karena masih minim nya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap pasar modal. Keterlibatan Indonesia pada perdagangan bebas tidak diimbangi dengan pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat yang masih belum merata , selain itu banyak perusahaan negara yang dijual kepada pihak asing sebagai upaya untuk melunasi hutang negara, pengendalian inflasi dan nilai kurs rupiah yang masih dalam pemulihan yang di akibatkan oleh krisis moneter yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya .
Segala sesuatunya pemerintah seharusnya berfikir secara matang , berupaya secara tegas , dan mengimbangi segala keputusan yang diambil sesuai dengan keadaan dan kondisi masyarakat yang terjadi. Mudah-mudahan kita sebagai generasi muda dengan adanya kreativitas yang berkonotasi positif dapat membuat perekonomian di Indonesia ini kedepannya terus maju dan menjadi yang terbaik, mengenai masa depan sumber daya manusia (SDM) di indonesia, yang jadi pertanyaan ialah mungkinkah atau akankah indonesia miskin di masa depan? Mungkin ada beberapa peranan terhadap perekonomian suatu negara atau bangsa yang dilihat dari aspek sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).
Jika dibandingkan antara beberapa negara miskin dan negara yang kaya akan sumber daya manusia nya, jika beberapa negara miskin ada beberapa negara yang pintar dalam mencari peluang, kemudian ada beberapa juga negara yang kaya akan sumber daya alam nya tapi sumber daya manusia nya kurang dapat memanfaatkan sumber daya alam nya, akan tetapi bagi Negara yang dibekali sumber daya manusia yang cerdas, tangguh dan serta kebaikan lainnya dalam diri manusia justru bukan menjadi masalah ketika Negara mereka tidak memiliki sumber daya alam yang kaya.
Kita contohkan saja Indonesia. Mungkin ada banyak orang bilang Indonesia memiliki kekayaan yang besar tersebar dari sabang sampai merauke. Dari minyak bumi sampai emas dan nama agraris Indonesia yang bercirikan kesuburan tanahnya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, pintarkah sumber daya manusia Indonesia dalam menangani hal tersebut?
                                                                          
          Jika kita ambil contoh misalkan batubara yang merupakan bahan bakar fosil. Batubara adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Dan bahwa bahan bakar fosil seolah sebagai pendapatan bukan modal alam sehingga semakin banyak batubara di eksploitasi oleh mereka yang berkuasa atas itu maka di anggap pendapatan meningkat. Tapi sayangnya tidak pernah terpikir bahwa batubara jika dikeruk terus menerus dengan jumlah yang semakin meningkat mngkin hanya akan bertahan dalam beberapa tahun saja dan sisanya tidak akan dinikmati anak cucu kita.
          Jika menganggap bahan bakar fosil adalah sumber pendapatan maka jangan bingung jika bencana silih berganti akibat kerusakan lingkungan, permasalahan ekonomi dimasa depan Karena tidak ada lagi sumber pendapatan dari bahan bakar fosil jika anak-anak kita tidak menanamkan benih paradigma kepada anak kita bahwa bahan bakar fosil adalah sumber pendapatan Negara seperti saat ini. Sehingga anak-anak kita merasa cukup menjual sumber daya alam maka Negara akan terpenuhi padahal itu adalah pemikiran yang salah yang dibawa oleh pendahulu mereka sekarang.
          Lain hal dengan pertanian, semakin menyusutnya jumlah lahan pertanian tiap tahun dan digantikan dengan pembangunan perumahan serta para petani dan anak petani yang mulai enggan menjadi petani seolah memberikan masalah baru bagi dunia agrara Indonesia.
          Perkebunan juga mengalami masalah ketika hasil kebun di serang oleh hasil perkebunan impor seperti buah dan sebagainya. Hal ini menjadi momok bagi masyarakat awam Indonesia. Seolah rakyat hanya menjadi pekerja dinegara
sendiri dan pemerintah penyalurnya kepada konglomerat asing yang datang dengan dalih investasi padahal penguasaan terhadap sumber daya alam yang notabennya yang hajat hidup orang banyak.
          Masalah ini akan terus berlanjut selama perbaikan dalam ranah masalah produksi kita diperbaiki dan dievaluasi. Kita bukan spesialisasi penjual bahan mentah seperti batubara, minyak bumi dan yang lainnya itupun dibawah penguasaan asing. Kita harus sadar jika hal itu habis maka siapkah kita untuk ambruk tanpa membekali anak-anak yang akan menjadi penerus kita sesuatu hal yang baik. Itu yang harus kita sadari dan pikirkan bersama.
          Mengapa negara kita, negara Indonesia ini masih negara berkembang, bukan negara maju ? padahal kalau dilihat dari SDA & SDM nya cukup memadai untuk jadi negara maju !
          Bangsa indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA nya, memiliki posisi wilayah yang strategis, yaitu sebagai negara yang negara kepulauan dengan luas laut 2/3 dari luas total wilayah, namun tidak mampu mengembalikan manfaat sumber kekayaan yang dimiliki kepada rakyat, hal ini karena strategi pembangunan yang diciptakan tidak membangkitkan local genuin, yang terjadi adalah sumber kekayaan alam indonesia semakin mendalam dikuasai oleh asing
          Sebab meskipun andai kata bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang kualifaid terhadap semua level iptek, namun apabiola kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak berbasis pada sumber daya yang dimiliki (resources base), maka ketergantungan ke luar akan tetap berlanjut dan semakin dalam, oleh karena itu harus dilakukan shifting paradimn, agar proses pembangunan mampu mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan bisa semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa supaya visi tersebut pun terjadi di berbagai daerah, maka harus ada koreksi total kebijakan pembangunan di tingkat  makro dengan berbasiskan kepada pluralitas daerah. Dengan demikian harapan nya akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebukebutuhan dan penguatan masyarakat lokal. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan menjadi perpanjangan sistem kapitalisme global dengan mengorbankan kepentingan  lokal dan nasional.
Di dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan structural, solusinya tak bisa dengan tiba-tiba mengerem pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan suku bangsa.
Menurut saya kunci nya ada di kebijakan pemerintah, misalnya dengan melakukan harmonisasi kebijakan bea masuk, yang bertujuan untuk memberi intensif, agar makin banyak produk yang diproduksi di dalam negeri, jika kita lihat bea masuk, bahan baku harus lebih rendah dari barang jadi.
Indonesia mengimpor makanan ringan enting-enting dari china lantaran bea masuk untuk produk  jadi lebih rendah dibanding bea masuk bahan baku berupa gula.walhasil tak menguntungkan jika enting-enting di produksi di domestik.
Dan sebenarnya ada beberapa masalah lainnya seperti program mobil murah dan ramah lingkungan, program itu di nilainya bermasalah. Pertama, bisa meningkatkan komponen mobil. Kedua, pemerintah tak mewajibkan produsen untuk ekspor, kami hanya menghimbau seperti itu.


2.3  Masalah Ekonomi Di Indonesia Serta Solusinya

1.    Sumber daya yang menipis di Indonesia
Menurut pandangan saya, hal ini bukanlah suatu isu yang baru. Isu ini sudah lama mengemuka namun tak kunjung ada kejelasan yang ada hanya gembar gembor belaka tanpa ada suatu perbuatan yang nyata dan berefek besar. SDA dalam hal ini adalah berbagai produk minyak bumi memang menjadi masalah yang mengemuka bukan hanya di negeri ini, namun juga di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai SDA dalam hal ini minyak bumi yang melimpah, namun tidak bisa mengelolanya dan hanya mengekspornya dalam bentuk minyak mentah dan mengimpor dalam berbagai bentuk Bahan Bakar Minyak (BBM), maka ‘tak heran seriring berkembangnya waktu SDA ini akan habis, karena membutuhkan waktu yang lama untuk memperbaharuinya, contohnya diramalkan BBM akan habis pada tahun 2020. 
Berbagai solusi telah dikemukakan dimasyarakat, salah satu contohnya adalah ditemukan SDA pengganti BBM yang baru dan yang bisa diperbaharui. Menurut saya solusi yang tepat adalah kurangi penggunaanya, alasanya sederhana seiring berjalanya waktu SDA akan habis, SDA pengganti BBM yang bisa diperbaharui tidaklah jelas dan belumlah efektif penggunaanya, lagipula pasti tidak akan mencukupi kebutuhan masyrakat pengguna BBM, ibarat pribahasa besar pasak daripada tiang. Cara sederhana, cukup kurangi impor kendaraan mobil dan motor, dan perbaikin infrastruktur angkutan umum yang ada serta batasi kepemilikan kendaraan pribadi.

2.    Ledakan Populasi di Indonesia
Ledakan populasi di Indonesia, bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Hal ini karena sudah terbukti dan sudah menjadi wacana yang mengemuka sejak dahulu kala. Indonesia terkenal dengan jumlah penduduk terbesar ke 2 setelah India, contohnya pada saat tahun 2010 jumlah 230 juta jiwa. Lebih dari di itu diramalkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia akan terus meningkat dan meningkat. Menurut pandangan saya, hal ini tidak akan menjadi masalah jika peningkatan pendapatan disposibel masyarakat seimbang dengan peningkatan populasi penduduk di Indonesia. Namun yang menjadi masalah sesungguhnya menurut saya bukanlah ledakan populasinya, namun adalah perkembangan populasi yang lebih besar dibandingkan dengan perkembangan pendapatan disposibel masyarakat.
Banyak sekali solusi yang bisa kita lihat di berbagai media yang ada, contohnya adalah program KB (Keluarga Berencana) yang mencanangkan 2 anak sudah cukup. Namun nampaknya itu hanya menjadi suatu gembar gembor belakan, karena tidak efektif dan tidak efisien serta mengundang pro kontra, terkait dengan persepsi pembatasan mempunyai keturunan. Menurut saya solusi yang efektif adalah ubah terlebih dahulu persepsi dimata masyrakat, maksudnya jika masyrakat berpendapat setiap anak punya rezekinya masing – masing, diubah bahwa anak itu bukan hanya dibuat saja, namun juga dipelihara, nah untuk memelihara anak itu butuh biaya yang cukup besar. Barulah program KB itu berjalan efektif, meski cuman berjalan 60 %, itu sudah bisa dikatakan efektif

3.    Pemerintah yang lemah, tidak efisien, dan korup
Pemerintah yang lemah, tidak efisien dan korup, bukanlah sesuatu yang mengherankan karena menurut saya ketika sistem demokrasi dijalankan di Indonesia mulai masa reformasi masa pemerintahan B.J Habibie, sudah mulai nampak gejala pemeritahan yang lemah, tidak efisien dan korup, akan tetapi masalah korupsi sudah ada sejak masa VOC, bahkan hancurnya VOC itu salah satu penyebabnya adalah gara – gara korupsi. Menurut saya permasalahan ini cukup kompleks dan terkait dari moral dan hati setiap orang yang berada dalam pemerintahan. Namun secara teoritis pemerintah yang lemah, tidak efisien dan korup mencerminkan pemimpin yang lemah dan tidak bisa mengambil keputusan dengan tepat.
            Menurut saya solusi untuk masalah ini cukup rumit karena terkait dengan faktor pribadi dan psikologis seseorang. Namun secara teoritis adalah dengan penguatan moral dari generasi penerus bangsa, hal ini sudah ditanamkan sejak usia dini, seperti mata pelajaran PPKN/KWN, Upacara, Kedisiplinan dsb.

4.    Ketidak seimbangan struktur perekonomian Indonesia
Ketidak-seimbangan struktur perekonomian Indonesia, disini maksudnya adalah terkait dengan ketidak-seimbangan distribusi pendapatan pemerintah yaitu seperti mencontohkan sirkulasi uang di Indonesia. Sebanyak 60% dari seluruh uang di Republik Indonesia beredar di ibukota Jakarta. Sebanyak 30% beredar di 32 kota lainnya. Hanya 10% dari uang yang beredar di seluruh Indonesia ada di pedesaan. Sementara 60% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. “Ini berarti 10% dari seluruh uang yang beredar di Indonesia dinikmati 60% penduduk Indonesia, yaitu persebaran uang di antara penduduk dilihat dari rekening di bank-bank seluruh Indonesia. Hanya 0,1% dari jumlah rekening menguasai 37% deposito. Mayoritas rekening memiliki tabungan di bawah Rp 100 juta tetapi hanya menguasai 18,5% dari uang itu. “Adalah sebuah kenyataan bahwa 0,17% warga Indonesia mengontrol 45% dari Pendapatan Nasional Bruto Indonesia, Data anggaran negara juga menunjukkan ketidakseimbangan struktur ekonomi Indonesia. Buktinya, dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2012 sebesar Rp 1.200 triliun, hanya 3% atau sebanyak Rp 36 triliun disediakan untuk sektor pertanian. Padahal, 60% warga Indonesia hidup di sektor pertanian.
Solusinya menurut saya adalah karena terkait dengan jumlah pendapatan negara yang berasal dari masyrakat pada umunya itu sedikit dibandingkan dengan pendapatan yan berasal dari masyarakat golongan menengah atas yang jumlah lebih kecil namun dalam hal menyetor pendapatan bagi pemerintah lebih besar. Maka solusinya adalah adanya pemerataan pendapatan dan juga pengaturan sturuk APBN untuk sektor masyrakat golongan menengah kebawah.


2.4  Pengolahan Sumber Daya Alam Di Indonesia

Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut Dutch disease. Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil.  Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari tanaman berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia, 16% dari hewan reptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut. Di bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya, seperti biji coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia. Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan perak.  Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman.Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat besar.
Tapi sayangnya walaupun kita mempunyai sumber daya alam yang sangat kaya, negara kita belum bisa memaksimalkan seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan yang kita miliki.  Sebagai contoh di bidang pertanian, kita masih banyak mengimpor produk pertanian seperti beras, jagung, kedelai, gandum,buah-buahan dan lain sebagainya.  Harga jual produk pertanian dalam negeri lebih mahal daripada produk pertanian luar negeri, hal itu merupakan salah satu penyebab alasan pengusaha lebih memilih produk impor untuk dijual di Indonesia dibandingkan produk pertanian dalam negeri.  Itulah yang menyebabkan petani Indonesia masih banyak yang miskin dan akhirnya menyebabkan penduduk Indonesia enggan menjadi petani tapi lebih memilih menjadi karyawan di sebuah perusahaan.
Kita juga belum sepenuhnya memanfaatkan daya tarik alam kita yang indah untuk menjadi obyek wisata. Selama ini kita hanya mengandalkan Bali, Lombok sebagai primadona wisata.  Padahal masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki alam yang indah seperti pulau Bunaken di Sulawesi Utara dimana keindahan bawah lautnya menjadi surga bagi para penyelam. Kepulauan  Raja Ampat di provinsi Papua juga berpotensi sebagai objek wisata karena seperti Bunaken, Raja Ampat memiliki keindahan bawah laut dan termasuk salah satu tempat terbaik di dunia untuk menyelam.  Dan masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang layak dijadikan objek wisata tapi belum dikelola dengan baik karena kurangnya sarana dan prasarana di daerah tersebut, penataan kota, pengelolaan sumber daya manusianya, dan lain sebagainya. Pemerintah juga di nilai kurang serius menangani masalah pariwisata tersebut.
Bukan hanya kekayaan hayati,  Indonesia juga merupakan penghasil jenis bahan tambang yang sangat besar seperti emas di Papua yang saat ini di eksploitasi oleh perusahaan Asing tapi rakyat Papua sendiri banyak yang miskin.   Belum lagi hasil-hasil tambang yang lain mulai dari petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, dan perak yang hasilnya belum bisa mensejahterahkan seluruh penduduk di Indonesia. Padahal UUD pasal 33 menyatakan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kita di bidang teknologi sehingga kita belum bisa memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya yang kita miliki. Dan pemerintah belum mendorong kemajuan industri hulu sehingga kita masih mengimpor untuk industri hulu sehingga hal itu juga membuat keterbatasan kita dalam memanfaatkan sumber daya alam kita. Juga masalah peraturan-peraturan ataupun kebijakan pemerintah belum mampu mengatasi hambatan-hambatan untuk pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal. Peraturan atau kebijakan pemerintah saat ini dinilai cenderung lebih memperkaya investor-investor asing yang akhirnya lebih banyak mengeksploitasi kekayaan alam kita, karena orientasi pemerintah hanya kepada ekspor tanpa memandang kecukupan dalam negeri.  Belum lagi tumpang tindih antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan kekayaan alam masing-masing daerah membuat semakin kacau dalam pengelolaan sumber daya alam kita.
Pengeksplotasian alam yang salah dan berlebihan oleh oknum-oknum tertentu yang  mengakibatkan kerusakan alam membuat potensi alam yang kita miliki semakin berkurang. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kelestarian alam dan juga kurangnya pengawasan dari pemerintah.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan sumber daya alam kita maka diperlukaan paradigma yang baru baik dari pemerintah, pengusaha maupun rakyat sehingga dengan paradigma yang baru maka pemerintah akan lebih serius mengatasi permasalahan yang ada sekarang ini dengan menghapus kebijakan atau peraturan pemerintah yang lama yang merugikan kita dalam mengembangkan sumber daya alam kita dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang  baru yang jelas dan bermanfaat bagi pemanfaatan sumber daya alam kita sehingga menjadi lebih maksimal dan bernilai tambah lebih. Pengawasan juga diperlukan untuk setiap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan karena dengan pengawasan maka dapat menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan kebijakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu karena keserakahan pribadi.
Dan juga kita perlu inovasi di bidang teknologi karena dengan teknologi yang maju kita tidak perlu tergantung dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan industri hulu. Untuk dapat melakukan inovasi di bidang teknologi maka pemerintah harus memfokuskannya pada mutu pendidikan di Indonesia.


2.5  Sumber Daya Manusia Sebagai Tonggak Kemajuan Bangsa

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu:
Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumber daya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan -- tidak lebih dari 12% -- pada peme-rintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources base) dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
Jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia --baik yang berdomisili di kota maupun di desa-- menuju pada selera global.Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi menjadi semakin cepat karena "less papers/documents" dalam perdagangan, tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih.
Dengan kegiatan bisnis korporasi (bisnis corporate) di atas dapat dikatakan bahwa globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara (cross-border transactions) dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang cepat. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti telah merupakan salah satu kekuatan yang memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia, lingkungan kerja dan kegiatan bisnis corporate di Indonesia. Kekuatan ekonomi global menyebabkan bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usaha serta melandaskan strategi manajemennya dengan basis entrepreneurship, cost efficiency dan competitive advantages.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan faktor yang desisif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang merupakan lingkungan kerja dari bisnis corporate.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengan tolok ukur kualitatif atau mutu pendidikan. Problem utama dalam pembangunan sumberdaya manusia adalah terjadinya missalocation of human resources. Pada
era sebelum reformasi, pasar tenaga kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana tenaga kerja yang ada cenderung memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari sektor industri manufaktur sampai dengan perbankan. Dengan begitu, dunia pendidikan akhirnya masuk dalam kemelut ekonomi politik, yakni terjadinya kesenjangan ekonomi yang diakselerasi struktur pasar yang masih terdistorsi.
Kenyataan menunjukkan banyak lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malah memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang mempertajam kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi makro ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari bahwa visi pengembangan SDM melalui pendidikan terkait dengan kondisi ekonomi politik yang diciptakan pemerintah.Sementara pada pascareformasi belum ada proses egalitarianisme SDM yang dibutuhkan oleh struktur bangsa yang dapat memperkuat kemandirian bang sa. Pada era reformasi yang terjadi barulah relatif tercipta reformasi politik dan belum terjadi reformasi ekonomi yang substansial terutama dalam memecahkan problem struktural seperti telah diuraikan di atas. Sistem politik multipartai yang telah terjadi dewasa ini justru menciptakan oligarki partai untuk mempertahankan kekuasaan. Pemilu 1999 yang konon merupakan pemilu paling demokratis telah menciptakan oligarki politik dan ekonomi. Oligarki ini justru bisa menjadi alasan mengelak terhadap pertanggungjawaban setiap kegagalan pembangunan.
Dengan demikian, pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum mampu mengoreksi kecenderungan terciptanya konsentrasi ekonomi yang memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain Indonesia kekurangan berbagai keahlian untuk mengisi berbagai tuntutan globalisasi. Pertanyaannya sekarang adalah bahwa keterlibatan Indonesia pada liberalisasi perdagangan model AFTA, APEC dan WTO dalam rangka untuk apa? Bukankah harapannya dengan keterlibatan dalam globalisasi seperti AFTA, APEC dan WTO masalah kemiskinan dan pengangguran akan terpecahkan.
Dengan begitu, seandainya bangsa Indonesia tidak bisa menyesuaikan terhadap berbagai kondisionalitas yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa dengan hanya mengandalkan sumberdaya alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi bukannya terselesaikannya masalah-masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan ekonomi, tetapi akan semakin menciptakan ketergantungan kepada negara maju karena utang luar negeri yang semakin berlipat.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang mengintegrasikan pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide link and match yang tujuannya untuk menghubungkan kebutuhan tenaga kerja dengan dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah yang memadai untuk menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting dalam hal ini adalah strategi pembangunan dan industrialisasi secara makro yang seharusnya berbasis sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumberdaya alam (SDA). Kalau strategi ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan karena terjebak berkelanjutannya ketergantungan kepada utang luar negeri, teknologi, dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalam kerangka mikro hanya semakin memperkuat proses ketergantungan tersebut.
Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa mengandalkan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.
"Begitu pula kalau bangsa ini ingin maju maka sebaiknya mengandalkan dirinya pada SDM," kata Habibie pada pembukaan Bacharuddin Jusuf Habibie
SDM yang bisa diandalkan menurut Habibie adalah sosok yang terampil, efisien, dan memiliki daya saing tinggi.
Lebih lanjut Habibie menjelaskan bahwa SDM yang unggul harus memiliki kemampuan untuk membuat terobosan yang dibutuhkan oleh masyarakat baik di Indonesia mau pun di dunia.
Gde Wenten mengatakan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebaiknya dapat mendukung proses riset dan penelitian.
"Dengan kebijakan yang mendukung, maka riset dan teknologi akan lebih mudah untuk berkembang," kata Wenten.
Wenten mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah yang mendukung riset dan teknologi akan sangat membantu para peneliti untuk bertahan dan tetap berkarya.
"Sehebat-hebatnya ilmuwan tapi tanpa adanya kebijakan yang suportif dan aktif, tentu akan berat perjalanannya," katanya.
Kebijakan yang dirasa Wenten kurang mendukung itu, menurut dia adalah penyebab beberapa ilmuwan memilih untuk berkarier di luar negeri, karena dianggap dapat lebih berkembang.













BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
sebagaimana yang kita ketahui bahwa saat ini terjadi krisis ekonomi yang bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia
bursa saham bergejolak, kurs rupiah terhadap dolar juga belum stabil
kira-kira apa dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah di negara kita
sebagai negara berkembang ini?
harga minyak dunia sudah turun 70/barel tapi kok minyak di indonesia tetap tinggi....
            banyak rakyat kecil menunggu perkembangan yang lebih baik dan semoga hal ini malah tidak membodohi rakyat yang tidak tau dan tidak mengerti dampak krisis ekonomi dunia terhadap kita rakyat kecil ini...

3.2  Saran
          Sebaiknya mencari solusinya agar bangsa Indonesia lepas dari keterpurukan ekonominya, serta Perbaiki dulu moral dan budipekerti bangsa kita. Kalau moral bangsa kita benar maka otomatis semua akan lancar. Dan pemerintah pun ikut mensolusikan untuk memajukan ekonomi bangsa Indonesia.