go green

Kamis, 09 November 2017

SISTEM PRODUKSI LEAN

SISTEM
PRODUKSI LEAN



Analisa Penerapan Six Sigma
pada Penyimpanan Berkas di Prodi Teknik Industri
Kampus Witana Harja Universitas Pamulang







DOSEN : RIO HARDIANTORO, ST

DISUSUN OLEH :

DHARMA PUTRA SATRIA
EKO SUSILO
KARLI DEVIANTO
PAHLAN MUNTAHARI






PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG


2015









I.    Judul Tugas Akhir
Analisa Penerapan Six Sigma pada Penyimpanan Berkas di Prodi Teknik Industri Kampus Witana Harja Universitas Pamulang.
II.                Pendahulan
A.    Latar belakang Masalah
Definisi dari Six Sigma, Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:
·                      Six sigma sebagai filosofi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan memuaskan keinginan pelaku bisnis, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
·                      Six sigma sebagai sistem pengukuran
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma).

Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).
Aplikasi Six Sigma berfokus pada minimalisasi cacat dan variansi, dimulai dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas atau biasa disebut sebagai Critical to Quality (CTQ) dari suatu proses. Six sigma menganalisa kemampuan proses dan bertujuan menstabilkannya dengan cara mengurangi atau menghilangkan variansi-variansi pada proses. Langkah mengurangi cacat dan variansi dilakukan secara sistematis dengan mendefinisikan (define), mengukur (measure), menganalisa (analyze), memperbaiki (improve) dan mengendalikan (control) yang kemudian disebut sebagai metode DMAIC.
Perusahaan Jasa Universitas Pamulang, perusahaan ini merupakan suatu perusahaan skala menengah yang bergerak di bidang Pendidikan yaitu proses belajar – mengajar di Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang-Tangerang Selatan. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa akan menganalisa penerapan six sigma pada penyimpanan berkas – berkas yang ada di prodi Teknik Industry.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah Bagaimana merancang ulang rancangan yang sudah ada menjadi rancangan yang disarankan menggunakan metode Six Sigma pada penyimpanan berkas penting di Teknik Industri, untuk memperbaiki system atau rancangan awal sehingga dapat meminimalkan pengurangan biaya, cacat, dan material handling ".

C.    Batasan Masalah

Agar lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas ini, maka
dilakukan pembatasan pokok permasalahan, yaitu :
1.      Penerapan Six Sigma hanya dilakukan di bagian Gudang dan penyimpanan di Program Studi Teknik Industri.
2.      Tidak ada penambahan / perubahan  fasilitas fasilitas kampus yang sudah ada selama penelitian
3.      Biaya yang akan dibahas hanya biaya penyimpanan dari material handling.
4.      Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional dari material handling.
5.      Jarak perpindahan dihitung dalam skala meter.




D.    Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Bagaimana merancang ulang rancangan yang sudah ada menjadi rancangan yang disarankan menggunakan metode Six Sigma pada penyimpanan berkas penting di Teknik Industri, untuk memperbaiki system atau rancangan awal sehingga dapat meminimalkan pengurangan biaya, cacat, dan material handling ".
E.     Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapatkan dalam penilitian ini adalah 1. Mengetahui jumlah waste, dimana waste tersebut dihasilkan dan penyebab kritis terjadinya waste pada penerapan yang sudah ada, sehingga penyebab tersebut dapat dikendalikan.
2. Mengetahui tingkat pencapaian / level Sigma saat ini dan setelah perbaikan dilakukan.
3. Memberikan solusi perbaikan kepada pihak kampus sebagai usaha peningkatan efisiensi dan mengurangi waste.

F.     Sistematika Penulisan

Sistematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada masing-masing bab telah dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara detail dari masing-masing bab :
1.      Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2.      Bab II. Landasan Teori
Bagian ini berisi uraian tentang tori-teori yang digunakan untuk membahas hal-hal yang menunjang dalam pengolahan data yaitu diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi strategi perancangan six sigma  dan jenis atau tipe six sigma yang ada.
3.      Bab III. Metodologi Penelitian.
Pada Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan tahapan-tahapan dalam proses penelitian, dari mulai tahapan studi pendahuluan hingga sampai pada tahapan penarikan hasil dan kesimpulan penelitian.

4.      Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Untuk Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses penelitian, dan dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh.
5.      Bab V. Analisis Data.
Pada bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, untuk mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode yang digunakan
6.      Bab VI. Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan-kesimpulan berdasarkan hasil dari analisa data. Selain itu diberikan masukan-masukan yang berguna pada masa yang akan datang bagi penyimpanan berkas – berkas penting di Universitas Pamulang Khususnya prodi Teknik Industri.






III.             Dasar Teori

a.      Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas
Pengertian   perencanaan   fasilitas   dapat   dikemukakan   sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain   dan   susuna fasilitas peralatan   phisik dan   manusia   yang ditujukan untuk meningkatkan efisensi produksi dan sistem pelayanan. (Purnomo, 2004). Sedangkan (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas  area  untupenempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer  maupun  permanen,  personel  pekerja  dan  sebagainya.  Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.
Secarskematis perencanaan  fasilitas pabrik  dapat  digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik (Tompkins, J.A., 1996)

b.      Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :
a)      Memudahkan proses manufaktur.
Penyusunan    mesin,    peralatan,    dan    ruang    kerja    yang    baik menghasilkan kemudahan proses produksi
b)      Meminimumkan pemindahan barang.
Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan berdampak pada pengurangan waktu produksi.
c)      Menjaga fleksibilitas (keluwesan)
Ada  kalanya  suatu  pabrik  menuntut  adanya  perubahan  tata  letak akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.
d)     Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi
Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnya biaya produksi.
e)      Menurunkan cost of capital
Suatu  penggunaan  fasilitas  produksi  yang  tepat  akan  mengurangi biaya pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi peralatan.
f)       Menghemat pemakaian ruang
Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat (efisisensi) ruangan yang dipakai
g)      Memudahkan pengawasan
Dengan   tat leta yang   baik   akan   memudahkan   dalam   hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan.

h)      Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan 
Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun keru

c.       Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak
Berdasarkan  aspek  dasar,  tujuan  dan  keuntungan-keuntungan yang didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut:
1.      Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi
2.      Perpindahan jarak yang minimal
3.      Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik
4.      Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
5.      Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara
6.      Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.
Tujuan tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.

d.       Manfaat Perencanaan Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi yang terencana akan memberikan :
1.      Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan
2.      Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu
3.      Minimisasi pemakaian area tanah
4.      Pola aliran produksi yang terbaik
5.      Keseimbangan penggunaan area tanah
6.      Keseimbangan di dalam lintasan
7.      Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.

e.  Tipe-tipe Tata Letak
          Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology Layout (Purnomo, 2004).
1.        Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
Jika suatu pabrik secara khusus akan memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah/volume yang besar dan waktu produksi yang lama, maka segala fasilitas–fasilitas produksi dari pabrik tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan layout berdasarkan aliran produk, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan dapat diatur menurut prinsip “machine after machine” tidak perduli macam mesin yang digunakan. Dengan memakai tata letak tipe aliran produk (product layout), maka segala fasilitas–fasilitas untuk proses produksi (baik pabrikasi maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu :
a.      Straight Line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai bilamana  proses  produksi  berlangsung  singkat,  relatif  sederhana  dan umum terdiri dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.

Gambar 1.2  Straight Line

Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan :
1.      Jarak yang terpendek antara dua titik.
2.      Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir.
3.      Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena   jarak   antara   masingmasing   mesin adalah   sependek-pendeknya
b.      Serpentine atau zig zag (S-Shaped).
Pola aliran berdasarkan garis–garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana  aliran  proses  produksi  lebih  panjang  dibandingkan  dengan luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.

             Gambar 1.3  Serpentine/Zig Zag

c.       U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan   awal   proses   produksinya.   Hal   ini   akan   mempermudah pemanfaatan   fasilitas   transportas dan   juga   sangat   mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi  garis  bahan  relatif  panjang,  maka  U-Shaped  ini  akan  tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.
                       Gambar 1.4 U-Shaped
d.      Circular.
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.

                          Gambar 1.5 Circular

e.       Odd angle.
Pola  aliran  berdasarkan  odd-angle  ini  tidaklah  begitu  dikenal dibandingkan dengan pola–pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti :
1.      Bilamana  tujuan  utamanya  adalah  untuk  memperoleh  garis  aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
2.      Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
3.      Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.
4.      Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas–fasilitas produksi yang ada.
Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.

Gambar 1.6 Odd-Angle
2.      Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen.
Karakteristik tipe tata letak ini atara lain:
a.       Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil
b.      Produksi berdasarkan job order
c.       Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan berbagai   macam   jenis   dan   model   produ sert spesialisas kerja. Sedangkan kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam  departemen  sehingga  memerlukan  area  untuk  work  in  process storage.


3.      Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout)
Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.

4.      Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group technology layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau peralatan yang dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah manufacturing cell”. Kelebihan tata  letak  ini  adalah  dengan    adanya  penge1ompokan  produsesuai dengan  proses  pembuatannya  maka  akan  dapat  diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih   lancar   dan   jarak   perpindahan   material   akan   lebih   pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja sangat tergantung   pada   kegiatan   peigendalian   produks khususny dalam menjaga keseimbangan kerja yang bergerak.

f.    Ukuran Jarak
Terdapat beberapa sistem yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang dipergunakan banyak tergantung dari adanya personil yang memenuhi syarat, waktu untuk mengumpulkan data, dan tipe-tipe sistem pemindahan material yang digunakan.
a.       Jarak Euclidean
Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan formula sebagai berikut:
           =    …………….( 1 )

 Gambar 1.7Jarak Euclidean

Dimana :           = koordinat x pada pusat fasilitas i
                         = koordinat y pada pusat fasilitas i
                         = koordinat x pada pusat fasilitas j
                         = koordinat y pada pusat fasilitas j
                         = jarak antara pusat fasilitas i dan j
b.      Jarak Rectilinear
Jarak rectilinear atau Jarak Manhattan merupakan jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Dalam pengukuran jarak rectilinear digunakan formula sebagai berikut.
            =  ……………( 2 )

Gambar 1.7 Jarak Recitiliear
c.       Adjacency
Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan. Kelemahan   ukuran   jarak   Adjacenc adalah   tidak   dapat   memberi perbedaan  secara  riil  jika  terdapat  dua  pasang  fasilitas  dimana  satu dengan yang lainnya tidak berdekatan.

g.  Analisa Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan
Dalam  melakukan  analisa  kuantitatif  aliran  bahan  dapat mengunakan beberapa metode sebagai berikut :
a.       Peta Dari – Ke (From – To Chart)
Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit dan satuan kuantitatif  lainnya.  Peta  yang  umum  digunakan  untuk  melakukan analisis kuantitatif ini adalah from to chart. Teknik ini sangat berguna untuk  kondisi-kondisi  di  mana  banyak  items  yang  mengalir  melalui suatu area. Angka - angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini
Berikut ini adalah aplikasi from to chart untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel 1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5
Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi

Komponen
kuantitas produksi/hari
Urutan proses
1
25
A-B-D-E
2
15
A-C-D-B-E
3
10
A-D-E


Gambar 1.8 Aliran komponen
Pada gambar 2.6 adalah peta dari-ke yang menunjukkan jumlah material yang di pindahkan dari A ke B adalah komponen 1 dengan kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah komponen 1 dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total yang dipindahkan 35.




Tabel 1.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang Dipindahkan

Dari
Ke
A
B
C
D
E
A

25
15
10

B



25
15
C



15

D

15


35
E






b.      Inflow dan Outflow
Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien ongkos material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun kerja yang lain sedangkan outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain.  Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos material handling dan From To Chart sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 1.9  Inflow dan Outflow Aliran Material
c.       Tabel Skala Prioritas (TSP)
Tabel skala prioritas menggambarkan urutan prioritas antara stasiun kerja dalam suatu layout produksi, sehingga diharapkan ongkos material handling menjadi minimum. Perhitungan inflow dan outflow menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tabel  skala prioritas, dimana prioritas tersebut  diurutkan  berdasarkan  harga  koefisien  ongkosnya  mulai  dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.
Tujuan  pembuatan  TSP antara  lain  adalah  untuk  memperpendek jarak tempuh material handling, meminimasi ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi menjadi lebih optimal.
h.      Pengertian Material Handling
Salah  satu  masalah  penting  dalam  produksi  ditinjau  darsegi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan proses produks dapat   berjalan   dibutuhkan   adany kegiatan   pemindahan material yang disebut dengan Material Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau pengertian yang diberikan untuk material handling. Berikut ini ada dua definisi secara umum, yaitu :
1.      Material  Handling  adalah  seni  dan  ilmu  pengetahuan  dari  perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan material.
                                                  i.            Seni
Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena masalah-masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model matematika. Material handling membutuhkan sebuah penilaian’ benar atau salah, dimana di perusahaan- perusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang material handling akan menilainya.
                                                ii.            Ilmu Pengetahuan
Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuanb karena menyangkut  metode  engineering.  Mendefinisikan  masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan teknik–teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini.
                                              iii.            Perpindahan
Perpindahan material membutuhkan waktu dan memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran, bentuk, berat, dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis frekuensi gerakan.

                                              iv.           Penyimpanan
Penyimpanan material sebagai penyangga antar operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan  material  antara  lain  adalah  ukuran,  berat,  kondisi  dankemampua tumpuka material,   keperlua untuk   mengambil   dan menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan tinggi bangunan.
                                                v.            Perlindungan
Yang termasuk dalm perlindungan material antara lain penmgawasan, pengepakan, dan pengelompokan material; untuk melindungi kerusakan dan kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan      terhadap  material  yang salah  penanganan,  salah penempatan,  salah  pengambilan,  dan  urutaproses  yang salah.  Sistem material handling harus dirancang untuk meminimasi keperluan pengawasan, dan untuk menurunkan biaya.
                                              vi.            Pengawasan
Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada susunan dan jarak penempatan antar material. Pengawasan status adalah pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian, dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan yang dilakukan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang tepat merupakan suatu tantangan, karena pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material.
                                            vii.            Material
Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair, dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda diantara bentuk material.
2.      Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang tepat dari materiayang sesuai dalam waktu  yang baik pada tempayang cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya yang murah dengan menggunakan metode yang benar.

i.    Aspek-aspek biaya pemindahan barang ( Material Handling )
Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga klasifikasi :
a.       Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.
b.      In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses berikutnya sampai ke pengiriman produk akhir.
c.       Handling  materials  yang  dilakukan  oleh  operator  pada  mesin  kerjanya  serta  proses  perakitan  yang berlangsung di atas meja perakitan.

Dalam  usaha  menganalisa  biaya  material  handling,  maka  faktor- faktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu :
                                      a.     Material
                                                1.            Harga pembelian dari mesin/peralatan
                                                2.            Biaya seluruh material yang digunakan
                                                3.            Maintenance cost dan repair part inventory
                                                4.            Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lain-lain)
                                                5.            Biaya untuk oli
                                                6.            Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap)
                                                7.            Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.

                                     b.      Salary dan Wages
                                                1.            Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam pengoperasian peralatan-peralatan material handling)
                                                2.            Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling tersebut.
                                                3.            Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan lain-lain.

                                          c.     Financial Charge
                                                        1.          Interest untuk  investasi peralatan material handling
                                                        2.          Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.
j.   Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993) :
                                   a.            Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.
                                  b.            Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
                                   c.            Meningkatkan produktivitas :
                                                     1.            Material akan mengalir pada garis lurus
                                                     2.            Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin
                                                     3.            Perpindahan sejumlah material pada satu kali tertentu
                                                     4.            Mekanisasi penanganan material
                                                     5.            Otomasi penanganan material
                                  d.            Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas
                                                     1.            Meningkatkan penggunaan bangunan
                                                     2.            Pengadaan peralatan serbaguna
                                                     3.            Standardisasi peralatan material handling
                                                     4.            Menjaga  dan  menempatkan  seluruh  peralatan  sesuai  kebutuhan  dan mengembangkan program pemeliharaan preventif
                                                     5.            Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem
                                   e.            Mengurangi bobot mati
                                   f.            Sebagai pengawasan persediaan


k. Biaya Material Handling
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut:
                                       1.            Manaikkan kapasitas
                                       2.            Memperbaiki kondisi kerja
                                       3.            Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
                                       4.            Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
                                       5.            Mengurangi ongkos
Beberapa  aktivitas  material  handling  yang  perlu  diperhitungkan adalah pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi serta pemindahan  atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja.   Faktor - fakto yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dan ongkos pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.  Dengan demikian, jika jarak tempuh  sudah ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka bngkos material handling dapat diketahui, dimana :
Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi )………( 3 )
IV.             Metedologi Penelitian

A.    Diagram Penelitian





MulaDiagram alur penyusunan Tugas akhir

 

a.       Tahapan Penelitian
Tahap penelitian terdiri dari empat langkah yaitu: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta studi literatur. Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari tiap langkah adalah sebagai berikut:
                                       1.            Studi Lapangan
Studi  lapangan  yang  dilakukan  selama  penelitian  prodi Teknik Industri Witana Harja. Dalam tahap ini dilakukan pengenalan dan pemahaman mengenai lingkungan Kampus.
                                       2.            Latar Belakang Masalah
Latar belakang penelitian ini adalah kondisi tata letak fasilitas berkas – berkas diprodi Teknik Industri yang belum mengacu pada aliran material yang tepat. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya perpotongan aliran bahan yang dapat mempengaruhi tingkat keamanan dan performansi pekerja.
                                       3.            Metode Pengumpulan Data
Setelah pengamatan awal, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini  antara lain:
                                                              i.      Observasi
Pengumpulan data langsung terjun kelapangan yaitu keruangan berkas – berkas prodi teknik industry untuk mengetahui berkas apa saja yang ada disana dan mengetahui keadaan sebenarnya dilapangan agar dapat diteliti dan diberi model yang baru atau perbaikan.
                                                            ii.      Dokumentasi
Pengumpulan data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di dikapus seperti sejarah, misi dan tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain sebagainya.
                                                          iii.      Wawancara
Pengumpulan data diperoleh secara langsung, dengan jalan melakukan wawancara. Tipe wawancara yaitu studi kasus, metode yang digunakan adalah openended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci yang berfungsi sebagai informan tentang fakta suatu peristiwa disamping opini mengenai peristiwa yang ada. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala bagian penyimpanan/pergudangan, dan operator bagian penyimpanan.

                                       4.            Tahap Pengolahan Data
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
A.    Penentuan Kapasitas Produksi/barang/berkas
Dalam menentukan kapasitas produksi berkas – berkas yang ada menggunakan data produk persemester yang sering terkumpul dan disimpan dalam jumlah yang besar (produk acuan).  Dari  data  produksi berkas ini,  akan didapat berkas yang paling sering di produksi/disimpan, sehingga berkas tersebut akan menjadi acuan dalam menghitung biaya material handling.

B.     Pengukuran Performansi Tata Letak Awal dan Penentuan Biaya Material Handling Awal.
Dalam pengukuran performansi tata letak yang menjadi parameternya adalah Biaya Material Handling. Untuk mencari biaya total material handling adalah sebagai berikut :
i          Penentuan jarak antar fasilitas tata letak awal
Jarak antar stasiun kerja dapat diketahui dengan melakukan menentukan pusat antara stasiun kerja. Jarak antar stasiun kerja dihitung dalam satuan centimeter atau meter.
ii        Analisa Kuantitatif Pada Aliran Bahan
Analisa ini menghasilkan frekuensi atau jumlah perpindahan barang dari setiap stasiun produksi yang ada pada layout awal.
iii      Penentuan Biaya Material Handling
Penentuan biaya material handilng terdiri dari berbagai macam biaya yang berkaitan dengan perpindahan barang, antara lain biaya karyawan yang melakukan perpindahan barang, biaya perawatan alat angkut, harga beli alat angkut, perawatan, dan nilai ekonomis.
iv      Biaya Total Material Handling Tata Letak Awal
Parameter yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi layout adalah biaya total material handling. Biaya total material handling dapat dicari dengan rumus :
Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi )
C.     Pembuatan dan Pengukuran Performansi Layout Usulan
Dalam pembuatan tata letak usulan, langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
a)      Penentuan Tipe Tata Letak
Dalam penentuan tipe tata letak yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
                                                                                      1.            Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan.
                                                                                      2.            Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu.
                                                                                      3.            Minimisasi pemakaian area tanah.
                                                                                      4.            Pola aliran produksi yang terbaik.
                                                                                      5.            Keseimbangan penggunaan area tanah.
                                                                                      6.            Keseimbangan di dalam lintasan.
                                                                                      7.            Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.
b)      Penentuan Biaya Total Material Handling
Variable yang dipakai dalam menentukan biaya total sama dengan layout awal, yaitu ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi ).

V.                Pengumpulan dan Pengolahan Data
Langkah    selanjutnya    adalah    melakukan    analisis    dari    hasil pengolahan data yang terdiri dari :
a)      Analisis performansi tata letak awal.
b)      Analisis hasil perancangan ulang tata letak produksi atau layout usulan
c)      Perbandingan tata letak awal dengan tata letak usulan.
d)     Interpretasi hasil.

VI.             Kesimpulan & Saran

Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah menarik   kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian serta memberikan saran pada perusahaan demi perkembangan penelitian ini lebih lanjut.
VII.          Jadwal Kegiatan
Rencana pelaksanaan penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan pada pertengahan Oktober 2015 sampai dengan bulan Februari 2015. Adapun rencana pelaksanaan tugas akhir ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah.














Daftar Pustaka
Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Institut Teknologi Bandung.

Dewi, Fitria (2006). Perancangan tata letak fasilitas produksi dengan pendekatan modular layout  ( thesis ). ITS, Surabaya.

Francis, R.L., McGinnis, Jr. L.F., White, J.A., 1992, Facility Layout and Location: An Analytical Approach, edisi kedua, Prentice Hall, Inc., New Jersey

Hadiguna, R. A. dan Heri, S., 2008,Tata Letak Pabrik, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.
Purnomo, Hari (2004). Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tompkins, J. A. et. al. 1996. Facilities Planning. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.

Wahyudi, ES.(2010). perancangan ulang tata letak fasilitas produksi di cv. dimas rotan gatak sukoharjo ( thesis ). UNS, Surakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo (1996). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan edisi ketiga. Guna Widya, Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar