SISTEM
PRODUKSI LEAN
Analisa
Penerapan Six Sigma
pada
Penyimpanan Berkas di Prodi Teknik Industri
Kampus
Witana Harja Universitas Pamulang
DOSEN : RIO
HARDIANTORO, ST
DISUSUN OLEH
:
DHARMA
PUTRA SATRIA
EKO SUSILO
KARLI DEVIANTO
PAHLAN
MUNTAHARI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
I. Judul Tugas
Akhir
Analisa Penerapan Six Sigma pada Penyimpanan Berkas di Prodi Teknik
Industri Kampus Witana Harja Universitas Pamulang.
II.
Pendahulan
A.
Latar
belakang Masalah
Definisi dari Six Sigma, Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:
·
Six sigma sebagai
filosofi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan
visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan
memuaskan keinginan pelaku bisnis, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
·
Six sigma sebagai
sistem pengukuran
Six sigma sesuai dengan arti sigma,
yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses
atau prosedur. Six sigma diterapkan untuk memperkecil variasi
(sigma).
Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry
dan Richard Schroeder disebut sebagai The
Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis
yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan
sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder,
2000).
Aplikasi Six Sigma berfokus pada minimalisasi cacat dan variansi,
dimulai dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas atau biasa
disebut sebagai Critical to Quality (CTQ) dari suatu proses. Six sigma
menganalisa kemampuan proses dan bertujuan menstabilkannya dengan cara
mengurangi atau menghilangkan variansi-variansi pada proses. Langkah mengurangi
cacat dan variansi dilakukan secara sistematis dengan mendefinisikan (define),
mengukur (measure), menganalisa (analyze), memperbaiki (improve) dan
mengendalikan (control) yang kemudian disebut sebagai metode DMAIC.
Perusahaan
Jasa Universitas Pamulang,
perusahaan ini merupakan suatu
perusahaan skala menengah yang bergerak di bidang Pendidikan
yaitu proses belajar – mengajar
di Jl. Surya Kencana No.1
Pamulang-Tangerang Selatan. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa akan
menganalisa penerapan six sigma pada penyimpanan berkas – berkas yang ada di
prodi Teknik Industry.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah “ Bagaimana merancang ulang rancangan yang sudah ada menjadi
rancangan yang disarankan menggunakan metode Six Sigma pada penyimpanan
berkas penting di Teknik Industri, untuk memperbaiki system atau rancangan awal sehingga
dapat
meminimalkan pengurangan
biaya, cacat, dan material
handling ".
C.
Batasan
Masalah
Agar
lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas ini, maka
dilakukan
pembatasan pokok permasalahan, yaitu :
1. Penerapan
Six Sigma hanya dilakukan
di bagian Gudang dan penyimpanan di Program Studi Teknik
Industri.
2. Tidak ada penambahan / perubahan
fasilitas – fasilitas
kampus yang sudah ada selama penelitian
3. Biaya
yang akan dibahas hanya biaya penyimpanan dari material handling.
4. Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional
dari material handling.
5. Jarak perpindahan dihitung dalam
skala meter.
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana merancang ulang rancangan yang sudah ada menjadi
rancangan yang disarankan menggunakan metode Six Sigma pada penyimpanan
berkas penting di Teknik Industri, untuk memperbaiki system atau rancangan awal sehingga
dapat
meminimalkan pengurangan
biaya, cacat, dan material handling ".
E.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
Penelitian Manfaat yang akan didapatkan dalam penilitian ini adalah 1.
Mengetahui jumlah waste, dimana waste tersebut dihasilkan dan penyebab kritis
terjadinya waste pada penerapan yang sudah ada, sehingga penyebab tersebut
dapat dikendalikan.
2. Mengetahui tingkat pencapaian /
level Sigma saat ini dan setelah perbaikan dilakukan.
3. Memberikan solusi perbaikan
kepada pihak kampus sebagai usaha peningkatan efisiensi dan mengurangi waste.
F.
Sistematika
Penulisan
Sistematika yang akan
digunakan dalam penulisan laporan ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada
masing-masing bab telah dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara
detail dari masing-masing bab :
1.
Bab I.
Pendahuluan
Dalam
bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2.
Bab II. Landasan
Teori
Bagian
ini berisi uraian tentang tori-teori yang digunakan untuk membahas hal-hal yang
menunjang dalam pengolahan data yaitu diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi perancangan six sigma dan jenis
atau tipe six sigma yang ada.
3.
Bab III.
Metodologi Penelitian.
Pada
Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan tahapan-tahapan dalam
proses penelitian, dari mulai tahapan studi pendahuluan hingga sampai pada
tahapan penarikan hasil dan kesimpulan penelitian.
4.
Bab IV.
Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Untuk
Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses penelitian, dan
dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh.
5.
Bab V. Analisis
Data.
Pada
bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
untuk mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode yang digunakan
6.
Bab VI. Penutup
Bab
ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan-kesimpulan berdasarkan hasil
dari analisa data. Selain itu diberikan masukan-masukan yang berguna pada masa
yang akan datang bagi penyimpanan berkas – berkas penting di Universitas
Pamulang Khususnya prodi Teknik Industri.
III.
Dasar
Teori
a. Definisi Perancangan Tata Letak
Fasilitas
Pengertian perencanaan
fasilitas dapat
dikemukakan sebagai
proses
perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan phisik, dan manusia yang
ditujukan untuk meningkatkan efisensi produksi dan sistem pelayanan. (Purnomo, 2004). Sedangkan (Wignjosoebroto, 1992)
mengemukakan bahwa tata letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran
proses produksi.
Pengaturan
tersebut
akan memanfaatkan luas
area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun
permanen,
personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.
Secara skematis perencanaan
fasilitas pabrik
dapat
digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Sistematika
Perencanaan Fasilitas Pabrik
(Tompkins, J.A., 1996)
b. Tujuan Perancangan Tata Letak
Fasilitas
Secara garis
besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk
menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi
dapat diatur sedemikian
rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian
tujuan pokok produksi secara efektif dan
efisien. Selain
itu terdapat tujuan perencanaan
tata letak pabrik yaitu untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan
antara
lain :
a)
Memudahkan
proses manufaktur.
Penyusunan mesin,
peralatan,
dan
ruang
kerja yang baik
menghasilkan
kemudahan proses produksi
b)
Meminimumkan
pemindahan barang.
Pengaruh jarak
terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain
itu pemindahan barang yang semakin dekat
akan berdampak pada
pengurangan
waktu produksi.
c) Menjaga fleksibilitas (keluwesan)
Ada
kalanya suatu
pabrik menuntut adanya
perubahan
tata letak
akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan
fasilitas.
Keadaan ini menuntut adanya
fleksibilitas dalam
melakukan proses produksi.
d) Memelihara perputaran
barang setengah
jadi yang tinggi
Kelancaran aktivitas material handling
mengurangi terjadinya
penumpukan barang di
stasiun kerja.
Waktu peredaran total
yang
kecil akan mengurangi jumlah
barang setengah
jadi yang berakibat pula
menurunnya biaya produksi.
e) Menurunkan
cost of capital
Suatu
penggunaan fasilitas
produksi yang tepat
akan mengurangi
biaya pemakaian fasilitas
yang
kurang perlu serta menghindarkan
adanya duplikasi peralatan.
f) Menghemat pemakaian
ruang
Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat (efisisensi) ruangan yang dipakai
g) Memudahkan pengawasan
Dengan tata letak yang baik akan memudahkan dalam
hal pengawasan terhadap aktivitas produksi
yang
dilakukan.
h) Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan
Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja
maupun keru
c.
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan
Tata
Letak
Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang didapat
dari tata letak yang terencana dengan baik, maka
dapat disimpulkan
enam
tujuan dasar dalam tata
letak pabrik,
sebagai berikut:
1.
Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi
2.
Perpindahan
jarak yang minimal
3.
Aliran kerja yang berlangsung secara normal
melalui pabrik
4.
Semua areal yang ada dimanfaatkan
secara efektif dan efisien
5.
Kepuasan kerja dan
rasa aman dari
pekerja terpelihara
6.
Pengaturan
tata letak
harus
cukup fleksibel.
Tujuan
tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip
dasar dari proses
perencanaan tata letak pabrik.
d.
Manfaat
Perencanaan Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses
perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran
bahan
dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk
membuat operasi kerja menjadi lebih efektif
dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi
yang
terencana akan memberikan
:
1.
Minimisasi transportasi
dari proses pemindahan
bahan
2.
Minimisasi gerakan
balik yang tidak
perlu
3.
Minimisasi pemakaian
area tanah
4.
Pola aliran
produksi yang terbaik
5.
Keseimbangan
penggunaan
area tanah
6.
Keseimbangan
di dalam lintasan
7. Fleksibilitas
dalam
menghadapi ekspansi
dimasa yang akan datang.
e. Tipe-tipe
Tata Letak
Salah satu keputusan penting yang perlu
dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata
letak secara umum
adalah Product Layout, Process Layout dan
Group Technology Layout (Purnomo, 2004).
1.
Tata Letak Berdasarkan
Aliran
Produksi (Product Layout)
Jika suatu pabrik secara khusus akan memproduksi
satu macam produk atau kelompok produk dalam
jumlah/volume yang besar dan waktu produksi yang
lama, maka segala fasilitas–fasilitas produksi dari pabrik
tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berlangsung seefisien mungkin. Dengan layout
berdasarkan aliran produk, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan dapat
diatur menurut prinsip “machine after machine” tidak perduli macam
mesin yang digunakan.
Dengan memakai tata letak tipe
aliran produk (product layout), maka segala fasilitas–fasilitas untuk proses
produksi (baik pabrikasi maupun
perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu :
a. Straight Line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai
bilamana proses
produksi berlangsung
singkat, relatif sederhana
dan umum terdiri dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam
production equipment.
Gambar
1.2 Straight Line
Pola
aliran bahan berdasarkan garis lurus
ini akan memberikan :
1.
Jarak yang terpendek
antara dua titik.
2. Proses atau aktivitas produksi
berlangsung sepanjang
garis lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir.
3. Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil
karena jarak
antara
masing–masing
mesin adalah sependek-pendeknya
b.
Serpentine atau zig zag (S-Shaped).
Pola aliran berdasarkan garis–garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana
aliran
proses
produksi lebih panjang dibandingkan dengan
luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah
panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini
akan dapat mengatasi segala
keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
Gambar
1.3 Serpentine/Zig
Zag
c. U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan
awal proses
produksinya. Hal ini
akan mempermudah
pemanfaatan fasilitas
transportasi dan
juga
sangat
mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis
bahan relatif panjang,
maka U-Shaped ini
akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan
tipe zig zag.
Gambar 1.4
U-Shaped
d. Circular.
Pola aliran
berdasarkan bentuk lingkaran
(circular)
sangat baik dipergunakan
bilamana dikehendaki untuk mengembalikan
material atau produk pada titik awal
aliran produksi berlangsung. Hal ini
juga baik apabila departemen penerimaan dan
pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang
bersangkutan.
Gambar 1.5
Circular
e. Odd angle.
Pola aliran
berdasarkan odd-angle
ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola–pola aliran yang
lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum
dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti :
1. Bilamana tujuan utamanya adalah
untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok
kerja dari area yang saling berkaitan.
2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
3. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan
pola aliran yang lain
terpaksa tidak dapat diterapkan.
4. Bilamana dikehendaki adanya
pola aliran yang tetap dari fasilitas–fasilitas produksi yang ada.
Odd-angle
ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan merasa
kemanfaatannya untuk area yang kecil.
Gambar 1.6 Odd-Angle
2.
Tata Letak Berdasarkan
Fungsi/macam Proses
Tata letak ini
merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe
sama
ke dalam satu departemen.
Karakteristik tipe
tata
letak ini atara lain:
a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil
b. Produksi berdasarkan job order
c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah
mampu mengerjakan
berbagai macam
jenis
dan model produk serta spesialisasi kerja.
Sedangkan kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja
dalam departemen sehingga
memerlukan area
untuk work in process
storage.
3. Tata Letak Berdasarkan
Lokasi
Material Tetap
(fix position layout)
Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan
komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi
komponen utama. Keuntungan dari jenis
tata letak ini adalah perpindahan material dapat
dikurangi, sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan operator
dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan
yang
ketat.
4. Tata Letak Berdasarkan
Kelompok Produk (group technology
layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam
satu kelompok berdasarkan
kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau
peralatan yang dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”. Kelebihan
tata
letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan produk sesuai dengan proses
pembuatannya maka akan
dapat diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi
lebih lancar dan
jarak perpindahan
material akan lebih pendek.
Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan
dan keterampilan
yang
tinggi untuk
mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja sangat
tergantung
pada
kegiatan peigendalian
produksl khususnya dalam menjaga
keseimbangan kerja
yang
bergerak.
f.
Ukuran Jarak
Terdapat beberapa sistem
yang
dipergunakan untuk melakukan
pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang
dipergunakan banyak tergantung dari adanya
personil yang memenuhi syarat, waktu untuk mengumpulkan data,
dan tipe-tipe sistem
pemindahan material yang digunakan.
a. Jarak Euclidean
Jarak euclidean merupakan
jarak yang diukur lurus
antara pusat
fasilitas satu
dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan
jarak
euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan formula sebagai
berikut:
Gambar 1.7Jarak Euclidean
Dimana :
= koordinat x pada pusat fasilitas i
b. Jarak Rectilinear
Jarak rectilinear atau Jarak Manhattan merupakan jarak yang diukur
mengikuti jalur tegak lurus.
Dalam pengukuran
jarak rectilinear
digunakan formula sebagai
berikut.
Gambar 1.7 Jarak
Recitiliear
c. Adjacency
Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas
atau departemen-departemen yang terdapat
dalam suatu perusahaan. Kelemahan
ukuran jarak Adjacency adalah tidak dapat
memberi
perbedaan secara
riil
jika
terdapat dua
pasang
fasilitas
dimana satu
dengan yang lainnya tidak berdekatan.
g. Analisa
Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan
Dalam melakukan
analisa kuantitatif aliran
bahan dapat
mengunakan
beberapa metode sebagai
berikut :
a.
Peta Dari – Ke (From
– To Chart)
Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit dan satuan
kuantitatif
lainnya. Peta
yang
umum
digunakan untuk
melakukan
analisis kuantitatif
ini adalah from to
chart.
Teknik ini sangat berguna
untuk kondisi-kondisi
di mana
banyak
items
yang mengalir melalui suatu area. Angka - angka yang terdapat dalam
suatu
from to chart akan
menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor
ini
Berikut ini adalah
aplikasi from to chart untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel 1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5
Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi
Komponen
|
kuantitas
produksi/hari
|
Urutan
proses
|
1
|
25
|
A-B-D-E
|
2
|
15
|
A-C-D-B-E
|
3
|
10
|
A-D-E
|
Gambar 1.8 Aliran komponen
Pada
gambar 2.6 adalah peta dari-ke yang menunjukkan jumlah material yang di pindahkan
dari
A ke B adalah komponen 1 dengan
kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah komponen 1
dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total
yang
dipindahkan 35.
Tabel 1.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang Dipindahkan
Dari
Ke
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
A
|
|
25
|
15
|
10
|
|
B
|
|
|
|
25
|
15
|
C
|
|
|
|
15
|
|
D
|
|
15
|
|
|
35
|
E
|
|
|
|
|
|
b. Inflow dan Outflow
Inflow
digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien ongkos
material handling yang masuk ke
stasiun
kerja dari
stasiun kerja
yang
lain sedangkan outflow
digunakan untuk mencari koefisien
ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lain. Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos material handling dan From To Chart
sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.9 Inflow dan
Outflow Aliran Material
c. Tabel Skala Prioritas
(TSP)
Tabel skala prioritas
menggambarkan
urutan prioritas antara stasiun
kerja dalam suatu layout produksi, sehingga diharapkan ongkos material
handling menjadi minimum. Perhitungan inflow dan outflow
menjadi dasar pertimbangan dalam
pembuatan tabel skala prioritas, dimana prioritas
tersebut
diurutkan berdasarkan harga
koefisien ongkosnya mulai
dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.
Tujuan pembuatan TSP antara
lain adalah untuk memperpendek jarak tempuh material handling, meminimasi ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi menjadi lebih optimal.
h.
Pengertian Material Handling
Salah satu masalah penting dalam
produksi
ditinjau dari segi
kegiatan / proses produksi
adalah bergeraknya material
dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan
proses
produksi dapat
berjalan
dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material
yang
disebut dengan Material
Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau pengertian yang diberikan untuk
material handling.
Berikut ini ada dua definisi secara umum, yaitu
:
1. Material Handling adalah seni
dan ilmu pengetahuan dari
perpindahan,
penyimpanan,
perlindungan, dan pengawasan material.
i.
Seni
Material handling dapat
dinyatakan sebagai seni, karena masalah-masalah material handling tidak
dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau
model matematika. Material handling
membutuhkan sebuah ‘penilaian’
benar atau salah, dimana di perusahaan-
perusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang
material handling akan menilainya.
ii.
Ilmu
Pengetahuan
Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuanb karena menyangkut metode
engineering.
Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat alternatif
solusi, evaluasi alternatif, memilih
dan mengimplementasikan alternatif terbaik
merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah material handling
dan
proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan teknik–teknik kualitatif sangat berarti
sebagai bagian
dari
proses ini.
iii.
Perpindahan
Perpindahan
material membutuhkan waktu
dan memerlukan penggunaan
tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan
tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara
ukuran, bentuk, berat, dan
kondisi material dengan lintasannya dan
analisis frekuensi gerakan.
iv.
Penyimpanan
Penyimpanan material sebagai penyangga
antar
operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam
penyimpanan
material
antara
lain adalah
ukuran,
berat, kondisi dankemampuan tumpukan material,
keperluan untuk
mengambil dan menempatkan material, kendala-kendala
bangunan seperti misalnya
beban lantai, kondisi lantai, jarak
antar kolom, dan
tinggi bangunan.
v.
Perlindungan
Yang
termasuk dalm perlindungan material antara lain penmgawasan,
pengepakan, dan pengelompokan material; untuk melindungi kerusakan
dan kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan
alat pengaman yang
dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk
perlindungan terhadap material
yang salah penanganan, salah
penempatan, salah pengambilan,
dan urutan proses
yang salah. Sistem material handling
harus dirancang
untuk meminimasi keperluan
pengawasan,
dan untuk menurunkan
biaya.
vi.
Pengawasan
Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang
berorientasi pada
susunan dan jarak penempatan antar
material. Pengawasan status adalah
pengawasan tentang
lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian, dan
jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan
sampai terlalu banyak pengawasan yang
dilakukan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang
tepat merupakan suatu tantangan,
karena pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi
dan orang yang
mengatur dan
menjalankan fungsi penanganan
material.
vii.
Material
Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair, dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material mempunyai perlakuan yang
berbeda
diantara bentuk material.
2. Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang
tepat dari material yang sesuai dalam waktu yang baik pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi
yang benar, dalam urutan yang sesuai dan
biaya yang murah dengan menggunakan
metode yang benar.
i. Aspek-aspek biaya
pemindahan barang ( Material Handling )
Secara umum biaya material handling akan terbagi
dalam tiga klasifikasi :
a. Biaya yang
berkaitan dengan transportasi raw
material dari sumber
asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods
product ke konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.
b. In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang diiperlukan
untuk pemindahan material dari satu proses
ke
proses berikutnya sampai
ke
pengiriman produk akhir.
c. Handling
materials
yang dilakukan
oleh
operator
pada mesin kerjanya serta proses
perakitan yang
berlangsung di
atas meja perakitan.
Dalam usaha menganalisa
biaya
material
handling, maka faktor-
faktor berikut ini
seharusnya sangat diperhatikan,
yaitu :
a. Material
1.
Harga pembelian dari mesin/peralatan
2.
Biaya seluruh material
yang digunakan
3.
Maintenance cost
dan repair –
part
inventory
4.
Direct power cost (kilo watt
hour, bahan bakar
dan lain-lain)
5.
Biaya untuk oli
6.
Biaya untuk peralatan bangku
(pelengkap)
7.
Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.
b. Salary dan Wages
1.
Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam pengoperasian peralatan-peralatan material handling)
2.
Training
Cost
untuk menjalankan peralatan material handling
tersebut.
3.
Indirect Labor Cost (staff dan service departemens)
dan lain-lain.
c. Financial Charge
1.
Interest untuk investasi peralatan material handling
2.
Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.
j. Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi
biaya produksi. Selain
itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi
dan
perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material
handling antara lain
(Meyers,
1993)
:
a.
Menjaga atau mengembangkan kualitas produk,
mengurangi kerusakan, dan
memberikan perlindungan terhadap
material.
b.
Meningkatkan keamanan dan mengembangkan
kondisi kerja.
c.
Meningkatkan produktivitas :
1.
Material akan
mengalir pada garis
lurus
2.
Material akan
berpindah dengan
jarak sedekat mungkin
3.
Perpindahan sejumlah
material
pada satu
kali tertentu
4.
Mekanisasi penanganan material
5.
Otomasi penanganan material
d.
Meningkatkan tingkat
penggunaan
fasilitas
1.
Meningkatkan penggunaan
bangunan
2.
Pengadaan
peralatan serbaguna
3.
Standardisasi peralatan
material handling
4.
Menjaga dan menempatkan seluruh peralatan
sesuai
kebutuhan
dan mengembangkan
program
pemeliharaan preventif
5.
Integrasi
seluruh peralatan
material handling dalam suatu
sistem
e.
Mengurangi
bobot mati
f.
Sebagai pengawasan persediaan
k. Biaya Material Handling
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka
aktivitas pemindahan bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan.
Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut:
1.
Manaikkan kapasitas
2.
Memperbaiki
kondisi kerja
3.
Memperbaiki
pelayanan pada pelanggan
4.
Meningkatkan pemanfaatan
ruang dan peralatan
5.
Mengurangi
ongkos
Beberapa
aktivitas material
handling yang perlu diperhitungkan adalah pemindahan bahan menuju
gudang bahan
baku
dan keluar dari gudang jadi serta pemindahan
atau pengangkutan
yang
terjadi di dalam
pabrik saja.
Faktor - faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah jarak tempuh dari satu stasiun kerja
ke stasiun kerja yang lain
dan ongkos pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada
di lapangan. Dengan demikian,
jika
jarak tempuh
sudah
ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka bngkos material
handling
dapat diketahui,
dimana :
Total BMH = ( biaya per
meter x jarak tempuh x Frekwensi )………( 3 )
IV.
Metedologi
Penelitian
A. Diagram
Penelitian
MulaDiagram alur penyusunan Tugas akhir
|
a.
Tahapan Penelitian
Tahap penelitian terdiri
dari empat langkah yaitu: latar belakang masalah,
perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta studi literatur.
Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari tiap
langkah adalah sebagai berikut:
1.
Studi Lapangan
Studi lapangan yang
dilakukan selama
penelitian prodi Teknik Industri Witana Harja. Dalam tahap ini dilakukan pengenalan dan pemahaman mengenai lingkungan Kampus.
2.
Latar Belakang Masalah
Latar belakang penelitian ini adalah
kondisi tata letak fasilitas berkas – berkas diprodi Teknik
Industri yang belum mengacu pada aliran material yang tepat.
Hal ini juga
mengakibatkan terjadinya
perpotongan
aliran bahan yang dapat mempengaruhi tingkat
keamanan dan performansi pekerja.
3.
Metode Pengumpulan Data
Setelah
pengamatan awal, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Metode-metode yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:
i.
Observasi
Pengumpulan
data langsung terjun kelapangan yaitu keruangan berkas – berkas prodi teknik
industry untuk mengetahui berkas apa saja yang ada disana dan mengetahui
keadaan sebenarnya dilapangan agar dapat diteliti dan diberi model yang baru
atau perbaikan.
ii.
Dokumentasi
Pengumpulan
data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di dikapus seperti sejarah, misi dan
tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain sebagainya.
iii.
Wawancara
Pengumpulan data diperoleh secara
langsung, dengan jalan melakukan
wawancara. Tipe wawancara yaitu studi kasus,
metode yang digunakan adalah
openended, dimana
peneliti dapat bertanya kepada responden kunci yang berfungsi sebagai informan
tentang fakta suatu peristiwa disamping opini mengenai peristiwa yang
ada. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala bagian
penyimpanan/pergudangan, dan operator bagian
penyimpanan.
4.
Tahap Pengolahan Data
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan
data adalah sebagai berikut :
A.
Penentuan Kapasitas
Produksi/barang/berkas
Dalam menentukan kapasitas produksi berkas – berkas yang ada menggunakan data produk
persemester yang sering terkumpul dan disimpan dalam jumlah yang besar (produk acuan).
Dari
data
produksi
berkas ini, akan
didapat berkas yang paling sering di produksi/disimpan, sehingga berkas
tersebut akan menjadi acuan dalam menghitung biaya material handling.
B.
Pengukuran Performansi
Tata Letak Awal dan Penentuan Biaya Material Handling Awal.
Dalam
pengukuran performansi tata letak yang menjadi parameternya adalah Biaya Material
Handling. Untuk mencari biaya total material handling adalah sebagai berikut :
i
Penentuan jarak antar
fasilitas tata letak awal
Jarak antar stasiun
kerja dapat diketahui dengan
melakukan menentukan pusat antara stasiun kerja. Jarak antar stasiun kerja
dihitung dalam satuan centimeter atau meter.
ii
Analisa Kuantitatif
Pada Aliran Bahan
Analisa ini
menghasilkan frekuensi atau jumlah perpindahan barang dari setiap stasiun
produksi yang ada pada layout awal.
iii Penentuan Biaya Material Handling
Penentuan biaya material handilng terdiri dari
berbagai macam biaya yang berkaitan dengan perpindahan barang, antara lain biaya
karyawan yang melakukan perpindahan barang, biaya perawatan alat angkut, harga
beli alat angkut, perawatan, dan nilai ekonomis.
iv Biaya Total Material Handling Tata Letak Awal
Parameter yang
digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi layout adalah biaya total
material handling. Biaya total material handling dapat dicari dengan rumus :
Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x
Frekwensi )
C.
Pembuatan dan
Pengukuran Performansi Layout Usulan
Dalam
pembuatan tata letak usulan, langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
a)
Penentuan Tipe Tata
Letak
Dalam
penentuan tipe tata letak yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut
:
1.
Minimisasi transportasi
dari proses pemindahan
bahan.
2.
Minimisasi gerakan
balik yang tidak
perlu.
3.
Minimisasi pemakaian
area tanah.
4.
Pola aliran
produksi yang terbaik.
5.
Keseimbangan
penggunaan
area tanah.
6.
Keseimbangan
di dalam lintasan.
7.
Fleksibilitas
dalam
menghadapi ekspansi
dimasa yang akan datang.
b)
Penentuan Biaya
Total Material Handling
Variable yang dipakai dalam menentukan biaya total
sama dengan layout awal, yaitu ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi ).
V.
Pengumpulan
dan Pengolahan Data
Langkah selanjutnya adalah
melakukan
analisis dari hasil pengolahan
data yang terdiri dari :
a) Analisis performansi tata letak awal.
b) Analisis hasil perancangan ulang tata letak produksi atau layout usulan
c) Perbandingan tata letak awal dengan
tata
letak usulan.
d) Interpretasi hasil.
VI.
Kesimpulan
& Saran
Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan
untuk menjawab tujuan
dari penelitian serta memberikan saran pada
perusahaan demi
perkembangan penelitian ini
lebih lanjut.
VII.
Jadwal
Kegiatan
Rencana pelaksanaan penelitian tugas
akhir ini akan dilaksanakan pada pertengahan Oktober 2015 sampai dengan bulan Februari 2015.
Adapun rencana pelaksanaan tugas akhir
ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah.
Daftar
Pustaka
Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,
Institut Teknologi Bandung.
Dewi, Fitria (2006). Perancangan tata letak fasilitas produksi dengan pendekatan modular
layout ( thesis ). ITS, Surabaya.
Francis, R.L., McGinnis, Jr.
L.F., White, J.A., 1992, Facility Layout and Location: An Analytical
Approach,
edisi kedua, Prentice Hall, Inc., New Jersey
Hadiguna,
R. A. dan Heri, S., 2008,Tata Letak Pabrik, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.
Purnomo, Hari
(2004). Pengantar Teknik Industri,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tompkins, J. A.
et. al. 1996. Facilities Planning.
Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Wahyudi, ES.(2010). perancangan
ulang tata letak fasilitas produksi di cv. dimas rotan gatak sukoharjo ( thesis ). UNS, Surakarta.
Wignjosoebroto,
Sritomo (1996). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan
edisi ketiga. Guna Widya,
Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar