MODUL
1
PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran
fisiologis adalah sebagai berikut :
a.
Memahami perbedaan beban kerja/cara kerja dapat
berpengaruh terhadap aspek fisiologi manusia
b. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan
metode fisiologi
c. Menentukan besar beban kerja, berdasarkan
kriteria fisiologi
d. Merancang sistem kerja dengan memanfaatkan
hasil pengukuran kerja dengan metode fisiologi
1.2 Landasan Teori
Lehmann (1995)
mendefinisikan kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna
dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu
maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.
Secara umum
jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja
mental. Pada kerja mental pengeluaran energi relatif kecil dibandingkan dengan
kerja fisik dimana pada kerja fisik ini manusia akan menghasilkan perubahan
dalam konsumsi oksigen, heart rate,
temperatur tubuh dan perubahan senyawa
kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller menjadi tiga kelompok besar,
sebagai beerikut :
1. Kerja total seluruh tubuh, yang
mempergunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga
perempat otot tubuh.
2. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan
lebih sedikit energy expenditure
karena otot yang digunakan lebih sedikit.
3. Kerja otot statis, otot yang digunakan
untuk menghasilkan gaya konstrasi otot.
Sampai saat ini, metode
pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1.
Konsep Horse Power (foot-pounds of work per minute)
oleh Taylor ,
tapi tidak memuaskan
2.
Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran
energi
3. Perubahan tingkat kerja jantung
dan konsumsi oksigen (metode baru)
Pengukuran konsumsi energi
Kerja fisik mengakibatkan
pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi
energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah,
temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh
paru-paru. Dalam penentuan
konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan
denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung
pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy
expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan
pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan
kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi
kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah
besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi
energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis
sebagai berikut :
KE = Et – Ei
Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja
tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat
waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat
istirahat (kilokalori/menit)
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi
yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik. Pada tahap
istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh
yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen yang masuk
dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas
permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area
permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan
1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut
aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen
dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang
dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan Klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis
terlihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Aktivitas Dan Tingkat
Energi
ENERGI
(Kkal/menit)
|
1
|
2.5
|
5
|
7.5
|
10
|
DETAK JANTUNG
(per
menit)
|
60
|
75
|
100
|
125
|
150
|
OKSIGEN
(liter/menit)
|
0.2
|
0.5
|
1
|
1.5
|
2
|
|
Metabolisme basah
|
Kerja ringan
|
Jalan (6.5kph)
|
Kerja berat
|
Naik Pohon
|
|
Istirahat
|
Duduk
|
Angkat roda 100 kg
|
|
Membuat tungku
|
|
Tidur
|
Mengendarai Mobil
|
|
Bekerja ditambang
|
Jalan di Bulan
|
Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis
Tingkat
Pekerjaan
|
Energy Expenditure
|
Detak Jantung
|
Konsumsi Energi
|
|
Kkal / menit
|
Kkal /
8jam
|
Detak / menit
|
Liter / menit
|
|
Undully Heavy
|
>12.5
|
>6000
|
>175
|
>2.5
|
Very Heavy
|
10.0
– 12.5
|
4800
– 6000
|
150
– 175
|
2.0
– 2.5
|
Heavy
|
7.5
– 10.0
|
3600
– 4800
|
125
– 150
|
1.5
–2.0
|
Moderate
|
5.0
– 7.5
|
2400
– 3600
|
100
– 125
|
1.0
– 1.5
|
Light
|
2.5
– 5.0
|
1200
– 2400
|
60
– 100
|
0.5
– 1.0
|
Very Light
|
<
2.5
|
<
1200
|
<
60
|
<
0.5
|
Konsumsi
energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi
energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen.
Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8
kcal energi.
|
|
T(B – S)
dimana :
R :
Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total
waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja
(liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam
(liter/menit)
Konsumsi energi berdasarkan
denyut jantung (heart rate)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja
dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat
meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak
mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis.
Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari
pekerjaan fisik :
dimana :
R :
Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total
waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam
kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang
direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
Menentukan Waktu Standar
Dengan Metode Fisiologis
Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan untuk membandingkan cost energy pada suatu
pekerjaan yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang tidak
standard, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. hasilnya
mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan energi expenditure sama dengan orang
yang performansinya hanya 110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk
tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Dr. Lucien Brouha telah
membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologi, untuk menentukan
berat ringannya suatu pekerjaan, seperti terlihat pada tabel 3..
Tabel 3. Jenis
Pekerjaan Dengan Konsumsi Oksigen
WORK
LOAD
|
OXYGEN
CONSUMPTION (Liter/Minute)
|
ENERGY
EXPENDITURE
(Calories/minute)
|
HEART
RATE DURING WORK (Beats per minute)
|
Light
|
0.5 – 1.0
|
2.5 – 5.0
|
60 – 100
|
Moderate
|
1.0 – 1.5
|
5.0 – 7.5
|
100 – 125
|
Heavy
|
1.5 – 2.0
|
7.5 – 10.0
|
125 – 150
|
Very
Heavy
|
2.0 – 2.5
|
10.0 – 12.5
|
150 - 175
|
Fatique
Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan
otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan
dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh
manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan
kualitas produksi, atau kedua-duanya dari performansi optimum seorang
operator. Cakupan dari kelelahan, yaitu
:
1. Penurunan
dalam performansi kerja
Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang
terjadi bila melewati suatu periode tertentu, disebut industry fatique.
2.
Pengurangan dalam kapasitas kerja
perusakan otot atau ketidakseimbangan susunan saraf
untuk memberikan stimulus, disebut Psikologis fatique
3. Laporan-laporan subyektif dari pekerja
Berhubungan dengan perasaan gelisah dan
bosan, disebut fungsional fatique.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fatique adalah besarnya
tenaga yang dikeluarkan, kecepatan, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis
kelamin dan umur. Fatique dapat diukur dengan :
a.
Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan
b.
Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam
paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur
badan, komposisis kimia dalam urin dan darah
c. Menggunakan alat uji kelelahan Riken
Fatique.
Untuk lebih jelas mengenai fatique dapat dibaca pada buku Motion & Time
Study: Design & measurement of Work, Barnes Ralph, 1980
MODUL 2
ANTROPOMETRI
2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tatacara
pengukuran antropometri.
2. Membekali praktikan dengan konsep-konsep
mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan dengan
data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia.
3. Menganalisa, menilai dan memperbaiki serta
merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai.
4.
2.2
Landasan Teori
Pengertian Anthropometri
Dilihat dari sisi rekayasa,
informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan ke dalam lima bidang
penelitian yaitu: (Sutalaksana, Teknik
tata cara kerja)
·
Anthropometri
·
Biomekanika
·
Fisiologi
·
Pengindraan
·
Lingkungan Fisik Kerja
Antropometri adalah suatu studi
yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara
luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang
memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
- Perancangan areal kerja
- Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment,
perkakas ( tools) dan
sebagainya.
- Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian
, kursi, meja, komputer dan lain-lain.
- Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Antropometri statis, dimana pengukuran
dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.
2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh
diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada antropometri
statis diambil secara linear (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1.
Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga
kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat
tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang
lebih berumur 60 tahun.
2.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang
bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan
dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3.
Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya.
Ekstrimnya orang Eropa merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang
merupakan Etnis Mongoloid. Kecenderungan
dimensi tubuh manusia yang termasuk Etnis Kaukasoid lebih panjang bila
dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis Mongoloid.
4.
Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering
dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar. Misalnya : dimensi seorang buruh pabrik. Dimensi
seorang binaragawan dan sebagainya.
Untuk
mengukur antropometri dinamis , terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu :
(1)
Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti kedaaan
mekanis dari suatu aktifitas, contohnya mempelajari performasi seseorang,
(2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan
saat bekerja dan
(3) Pengukuran variabilitas kerja.
Perancangan Produk/alat.
Perancangan
adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan
menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk
waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.
Perancangan
suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah
pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan
bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju
kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima
oleh faktor teknologi peradaban kita.
Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang
harus diperhatikan dalam perancangan yaitu:
1) aktifitas dengan maksud tertentu,
2) sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan
3)
berdasarkan pada pertimbangan teknologi,
Dalam
membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui karakteristik
perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah
sebagai berikut :
1.
Berorientasi pada tujuan
2.
Variform
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas,
tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
3.
Pembatas
Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya :
·
Hukum
alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
·
Ekonomis
; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat
· Perimbangan
manusia ; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan
memakainya.
·
Faktor-faktor legalisasi; mulai dari model,
bentuk sampai hak cipta.
·
Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang
dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang telah dibuat.
·
Evolutif; berkembang terus/mampu mengikuti
perkembangan jaman.
·
Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan
nilai yang telah ada.
Sedangkan karakteristik
perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang perancang antara
lain:
1. Mempunyai kemampuan untuk
mengidentifikasikan masalah.
2. Memiliki Imajinasi untuk meramalkan
masalah yang mungkin akan timbul.
3.
Berdaya cipta.
4. Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan
persoalan.
5. Mempunyai keahlian dalam bidang
Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis rancangan yang dibuat.
6. Dapat mengambil keputusan terbaik
berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7.
Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal
dengan sebutan NIDA, yang merupakan
kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan
mengidentifikasi kebutuhan (need).
Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan
dengan pengembangan ide-ide (idea)
yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi
dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang
ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif
yang terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (Action). Perancangan suatu peralatan
kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk mengurangi
tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi
kecelakaan kerja (Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies,
1992)
Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design
dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah ( Roebuck, 1995):
1.
Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish
requirement).
2.
Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3. Pemilihan sampel yang akan diambil
datanya.
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh
yang akan diambil).
5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil)
dan oemilihan persentil yang akan dipakai.
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
7.
Pengambilan data.
8.
Pengolahan data
9.
Visualisasi rancangan.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus
memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain
faktor manusia antara lain :
1.
Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.
2.
Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang
akan diperoleh.
3.
Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari
hak cipta.
4.
Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil rancangan sehingga
dapat sampai kepada konsumen.
5.
Analisa Nilai
Analisa nilai pertama
kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu
suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya.
Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman.
Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4
katagori, yaitu:
1.
Uses Value
Berhubungan dengan nilai kegunaan
2.
Esteem Value
Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
3.
Cost Value
Berhubungan dengan pembiayaan
4.
Excange Value
Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Terdapat tiga
tipe perancangan, yaitu:
1.
Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
Data dengan persentil
ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.
2.
Perancangan untuk pemakaian rata-rata
Data dengan persentil 50 %.
3.
Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable)
2.3 Peralatan
yang dibutuhkan:
1.
Kursi antropometri duduk
2.
Alat ukur tinggi antropometri berdiri
3.
Meteran kain
4.
Timbangan badan
5.
Lembar pengamatan
2.4 Prosedur
Praktikum
Langkah-langkah dalam melakukan
praktikum pengukuran Antropometri adalah sebagai berikut:
1.
Dengan menggunakan alat-alat yang telah
disediakan, ukurlah dimensi-dimensi tubuh manusia.
2.
Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa dilihat di lampiran
dengan keterangan sebagai berikut :
· Lampiran 1,2,3,4,5 menunjukan gambar
pengukuran antropometri pada masing-masing anggota tubuh manusia.
· Lampiran 6,7 menunjukan gambar pengukuran
antropometri lainnya pada saat duduk dan berdiri.
·
Lampiran 8 menunjukkan gambar pengukuran jari
tangan dan pengukuran data untuk Antropometri Dinamis
·
Lampiran 9 menunjukan gambar ukuran dalam
perancangan ruang kendaraan.
·
Lampiran 10,11 menunjukan ukuran umum tubuh
wanita dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.
·
Lampiran 12,13 menunjukan ukuran umum tubuh pria
dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.
3.
Catatlah hasil pengukuran pada lembar pengamatan sebagai berikut :
Lembar Pengamatan Pengukuran
Data Antropometri Statis
Nama :……………………………….
Umur :……………………………….
Jenis Kelamin :……………………………….
Suku Bangsa :………………………………..
No
|
Data yang diukur
|
Simbol
|
Hasil Pengukuran (cm)
|
1
|
Tinggu duduk tegak
|
Tdt
|
|
2
|
Tinggi duduk normal
|
Tdn
|
|
3
|
Tinggi bahu duduk
|
Tbd
|
|
4
|
Tinggi mata duduk
|
Tmd
|
|
5
|
Tinggi siku duduk
|
Tsd
|
|
6
|
Tinggi sandaran punggung
|
Tsp
|
|
7
|
Tinggi pinggang
|
Tpg
|
|
8
|
Tebal perut duduk
|
Tpd
|
|
9
|
Tebal paha
|
Tp
|
|
10
|
Tinggi popliteal
|
Tpo
|
|
11
|
Pantat popliteal
|
Pp
|
|
12
|
Pantat ke lutut
|
Pkl
|
|
13
|
Lebar bahu
|
Lb
|
|
14
|
Lebar sandaran duduk
|
Lsd
|
|
15
|
Lebar pinggul
|
Lp
|
|
16
|
Lebar pinggang
|
Lpg
|
|
17
|
Siku ke siku
|
Sks
|
|
18
|
Tinggi badan tegak
|
Tbt
|
|
19
|
Tinggi mata berdiri
|
Plb
|
|
20
|
Tinggi bahu berdiri
|
Tbb
|
|
21
|
Tinggi siku berdiri
|
Tsb
|
|
22
|
Tinggi pinggang berdiri
|
Tpgb
|
|
23
|
Tinggi lutut berdiri
|
Tlb
|
|
24
|
Panjang lengan bawah
|
Plb
|
|
25
|
Tebal dada berdiri
|
Tdb
|
|
26
|
Tebal perut berdiri
|
Tpb
|
|
27
|
Berat badan
|
Bb
|
|
28
|
Jangkauan tangan ke atas
|
Jtkt
|
|
29
|
Jangkauan tangan ke depan
|
Jktd
|
|
30
|
Rentangan tangan
|
Rt
|
|
31
|
Panjang jari 1,2,3,4,5
|
Pj
|
|
32
|
Pangkal ke tangan
|
Pkt
|
|
33
|
Lebar jari 2,3,4,5
|
Lj
|
|
34
|
Lebar tangan
|
Lt
|
|
Lembar Pengamatan Pengukuran
Data Antropometri Dinamis
No
|
Data Yang Diukur
|
Simbol
|
Hasil Pengukuran (cm)
|
1.
|
Putaran lengan
|
Pl
|
|
2.
|
Putaran telapak tangan
|
Ptt
|
|
3.
|
Sudut telapak kaki
|
Stk
|
|
Keterangan :
1. Tinggi tubuh tegak: Ukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan
memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di
lampiran)
2. Tinggi duduk normal: Ukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk normal dengan
memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di
lampiran)
3. Tinggi bahu duduk: Ukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek
duduk tegak. (Lihat gambar di lampiran)
4. Tinggi mata duduk: Ukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dengan
mata memandang lurus ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
5.
Tinggi
siku duduk: Ukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk
tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk
sudut siku-siku dengan lengan bawah. (Lihat gambar di lampiran)
6. Tinggi sandaran punggung: Subjek duduk tegak,
ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.
7.
Tinggi pinggang: Subjek duduk tegak, ukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk sampai pinggang.
8.
Tebal perut duduk Subjek duduk tegak, ukur
jarak samping dari belakang perut sampai ke depan perut.
9. Tebal paha: Subjek duduk tegak , ukur
jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan atas pangkal paha. (Lihat
gambar di lampiran)
10. Tinggi
popliteal: ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
(Lihat gambar di lampiran)
11. Pantat
popliteal: subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar
pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam popliteal. Paha dan kaki bagian bawah
membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
12. Pantat
ke lutut: Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar
pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
(Lihat gambar di lampiran)
13. Lebar
bahu: Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak
dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
(Lihat gambar di lampiran)
14. Lebar
sandaran Duduk: Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pimggul sisi
kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
15. Lebar
Pinggang: Subjek duduk tegak. ukur jarak horizontal dari bagian terluar
pinggang sisi kiri sampai bagian terluar sisi kanan.
16. Siku
ke siku: Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan
bawah direntangkan ke depan. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar siku sisi
kiri sampai bagian terluar siku sisi kanan.
17. Tinggi
badan tegak: Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling
atas. Sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan.
(Lihat gambar di lampiran)
18. Tinggi
Mata Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian
dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke
depan.
19. Tinggi
Bahu Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol
pada saat subjek berdiri tegak. (Lihat gambar di lampiran)
20. Tinggi
Siku berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara
lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan
bergantungan secara wajar.
21. Tinggi
pinggang berdiri: Ukur jarak vertikal lantai sampai pinggang pada saat
subjek berdiri tegak.
22. Tinggi
lutut berdiri: Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada saat subjek
berdiri tegak.
23. Panjang
lengan bawah : Subjek berdiri tegak tangan disamping, ukur jarak dari siku
sampai pergelangan tangan.
24. Tebal
dada berdiri: Subjek berdiri tegak ukur jarak dari dada (bagian ulu hati)
sampai punggung secara horizontal.
25. Tebal perut berdiri: Subjek berdiri tegak ukur
menyamping jarak dari perut depan sampai perut belakang secara horizontal.
26. Berat badan: Menimbang berat badan dengan posisi normal
diatas timbangan badan.
27. Jangkauan tangan ke atas: Subjek berdiri tegak, tangan diacungkan
lurus ke atas. Ukur dari ujung jari tangan sampai pangkal lengan.
28. Jangkauan tangan ke depan: Ukur jarak horizontal dari punggung
sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan
punggung merapat ke dinding. Tangan direntangkan ke depan. (Lihat gambar
di lampiran)
29. Rentangan
tangan: Ukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri
sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua
tangan direntangan horizontal ke samping sejauh mungkin.
30. Panjang
jari 1,2,3,4,5 : diukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung
jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.
31. Pangkal ke tangan : diukur dari pangkal pergelangan tangan
sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek
lurus.
32. Lebar
Jari 2,3,4,5 : diukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari
kelingking. Jari-jari subjek lurus dan merapat satu sama lain.
33. Lebar
tangan : Diukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking.
34. Putaran
lengan : ukur sudut putaran lengan tangan bagian bawah dari posisi awal
sampai ke putaran maksimum. Posisi
awal, lengan tangan bagian bawah ditekuk ke kiri semaksimal mungkin. Kemudian
putar dari posisi awal ke kiri sejauh mungkin.
35. Putaran
telapak tangan: Ukur sudut putaran cengkraman jari tangan. Posisi awal,
Jari-jari mencengkram batang tengah busur. Kemudian diputar ke kanan sejauh
mungkin (pergelangan dan lengan tangan tetap diam). Lalu dengan cara yang sama
diputar ke kiri sejauh mungkin.
36. Sudut telapak kaki: Ukur sudut putaran telapak kaki. Posisi
awal, telapak kaki siku-siku dengan betis, kemudian diputar ke bawah sejauh
mungkin. Kaki kembali ke posisi awal, lalu ujung kaki dinaikan setinggi
mungkin. Total putaran vertikal telapak kaki adalah b = b1+b2
4. Ujilah masing-masing data yang telah didapat
(uji normal, uji seragam dan uji normal), kemudian hitunglah persentilnya 5%,
50% dan 95%.
5. Dengan menggunakan data-data yang diperoleh,
rancanglah suatu alat bantu yang dibutuhkan manusia dengan mempertimbangkan
aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan.
6. Bila alat bantu tersebut belum pernah ada,
analisalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya alat
tersebut.
7. Bila alat bantu tersebut sudah ada, analisalah
apakah rancangan saudara mempunyai nilai tambah bila dibandingkan dengan alat
bantu sejenis.
2.5 Output
Penulisan
Adapun out put yang diharapkan
dari penulisan laporan antropometri ini adalah:
1. Mahasiswa memperoleh data hasil pengukuran antropometri
sesuai dengan tatacara pengukuran dan
mengisi tabel pengamatan data antropometri
2. Mahasiswa diharapkan membuat analisa, menilai dan
memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia
sebagai pemakai
Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang lebih
dalam tentang konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk,
yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan
dan kemampuan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar