Situasi Ekonomi Domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan
dengan naiknya pendapatan perkapita membawa dampak meningkatnya kebutuhan
energi akibat bertambahnya kegiatan komersial, industri, serta mobilitas orang
dan barang. Mobilitas orang dan barang akan menimbulkan kebutuhan untuk
penyediaan alat transportasi publik maupun pribadi yang aman dan nyaman serta
ekonomis.
Menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut dan
untuk menyikapi persaingan pada era Free Trade Area (FTA) regional ASEAN dan
Asia Timur, industri otomotif Indonesia dituntut untuk selalu berinovasi
menciptakan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau untuk keperluan pasar
domestik dan ekspor. Saat ini negara lain dalam regional FTA seperti Thailand,
Malaysia, China, Jepang, dan Korea telah memproduksi mobil sejenis Low Cost and
Green Car (LCGC). Sehingga apabila kita tidak memenuhi permintaan masyarakat
dengan produk sejenis dari dalam negeri, maka akan terjadi banjir impor
kendaraan jenis tersebut.
Teknologi untuk Efisiensi BBM
Pada program LCGC ini industri otomotif
disyaratkan untuk membuat kendaraan yang lebih ramah lingkungan dengan menaikan
efisiensi penggunaan bahan bakar per-kilometer jarak tempuh. Saat ini rata-rata
mobil berbahan bakar minyak mengkonsumsi 12 km/liter BBM, sedangkan LCGC ini
disyaratkan untuk dapat mengkonsumsi 20 km/liter BBM,
Membangun Industri Komponen
Program mobil hemat energi dan harga
terjangkau ini terbuka dan berlaku untuk semua Merek Otomotif, baik merek
internasional maupun merek original Indonesia (merek lokal/ mobnas). Peserta
program ini disyaratkan untuk manufaktur mobil di dalam negeri serta
menggunakan komponen otomotif buatan dalam negeri. Dengan demikian Merek
Otomotif yang mengikuti Program Low Cost Green Car (LCGC) ini tidak semata-mata
diarahkan untuk membuat mobil dengan harga murah dan
Pemberian Insentif dalam Pengembangan
Industri Otomotif Nasional
Pemerintah memberikan insentif untuk mengurangi beban
konsumen dengan menghilangkan kewajiban membayar Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM), namun tetap membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 % dan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) di daerah sebesar sekitar 10 %.
Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 disebutkan, bahwa LCGC akan memperoleh
potongan PPnBM, yaitu dari semula 10% menjadi 0% bila memenuhi persyaratan
konsumsi BBM dan pembuatan mobil serta komponen di dalam negeri tersebut.
. Investasi,
Lapangan Kerja dan Kemacetan
Program LCGC ini mendatangkan komitmen investasi
senilai 3.0 miliar dollar AS dari industri otomotif dan senilai 3.5 miliar
dollar AS dari sekitar 100 industri komponen otomotif baru. Saat ini sebagian
besar komitmen tersebut sudah terealisasi, dengan telah dibangunnya 5 pabrik
mobil baru dan sekitar 70 pabrik komponen otomotif baru. Hal tersebut juga
mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja terampil seperti dalam bidang
teknik otomotif dan material, manajemen produksi, dan jasa distribusi serta
manajemen logistik.
Dampak positif lanjutan dari peningkatan kegiatan
manufaktur ini adalah meningkatnya kegiatan ekonomi di daerah-daerah berupa
terbentuknya usaha penyediaan stock komponen after salesservice, jasa perbengkelan serta
peningkatan Pajak Daerah yang merupakan suatu rangkaian kegiatan ekonomi yang
saling terkait dan cukup besar. Terlihat bahwa program LCGC ini mempunyai
keterkaitan yang erat dengan sektor ekonomi lainnya di seluruh wilayah
nusantara. Dampak penciptaan lapangan tenaga kerja baru yang langsung di sektor
manufakturing adalah sekitar 30.000 orang. Sedangkan penciptaan lapangan tenaga
kerja baru di sektor distribusi mobil dan komponen, dealer dan pemasaran,
workshop dan aftersales service diperkirakan 40.000
orang.
Komponen
LCGC
Sementara
itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian
Perindustrian Budi Darmadi memastikan pengawalan lokalisasi komponen LCGC
berlangsung ketat hingga lima tahun ke depan. Pemeriksaannya dilakukan surveyor
independen mengacu pada roadmaplokalisasi
produksi dalam proposal yang diajukan agen tunggal pemegang merek (ATPM).
“Pada tahun ini ada merek
yang kandungan lokal komponennya baru 45%, 47% bahkan 51%. Yang tertinggi ini
Toyota Agya,” ujarnya kepada wartawan.
Tujuan program mobil murah
sebetulnya tak semata untuk memproduksi mobil harga terjangkau dan irit bahan
bakar. Lebih luasnya bermaksud membangun industri komponen otomotif domestik
terutama untuk teknologi mesin, transmisi, dan axle.
Administrasi
LCGC
Kini baru dua merek yang menyelesaikan
proses administrasi, yaitu Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Untuk Honda Brio
Satya baru kelar verifikasi perusahaan dan dalam proses untuk produk. Suzuki
WagonR masih verfikasi perusahaan. Sedangkan Datsun GO+ belum apapun tapi sudah
promosi produk di IIMS.
“Datsun belum jadi pabriknya.
Tapi kalau pemasaran dilakukan beberapa bulan sebelum verifikasi kelar kan
boleh saja,” ucap Budi.
Menanggapi cercaan soal
pemakaian bahan bakar subsidi yang bakal kian bengkak pascakemunculan LCGC,
Budi maupun Jusuf Kalla berpendapat penilaian ini dicermati lebih jauh. Tanpa
kehadiran mobil murah populasi kendaraan tetap akan tumbuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar